Soroti Kasus Keracunan Massal MBG, Dekan FK UI: Bisa Picu Kanker Usus Besar

Soroti Kasus Keracunan Massal MBG, Dekan FK UI: Bisa Picu Kanker Usus Besar

Dokter Ari Fahrial Syam, menyoroti serius kasus keracunan massal yang belakangan ini kerap terjadi akibat konsumsi air atau makanan dalam program MBG-Disway.id/Hasyim Ashari-

JAKARTA, DISWAY.ID - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Dokter Ari Fahrial Syam, menyoroti serius kasus keracunan massal yang belakangan ini kerap terjadi akibat konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh pada program Makanan Bergizi Gratis.

Prof. Ari memperingatkan bahwa paparan jangka panjang terhadap racun yang dihasilkan bakteri ini, yaitu mikrosistin (Microcystins), tidak hanya menyebabkan gejala akut keracunan, tetapi juga berpotensi memicu penyakit kronis, termasuk kanker usus besar (kolorektal).

BACA JUGA:Prediksi Line Up GANAS Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Ricky Kambuaya Jadi Kunci, Emil Audero Tetap Nomor Satu!

BACA JUGA:Waspada! Kemenkes Temukan Kasus Penderita Kanker Payudara di Usia 18-25 Tahun

"Dalam keadaan akut itu bisa fatal, bahkan sampai kematian. Dalam keadaan kronik, salah satunya bisa memicu irritable bowel syndrome hingga kanker kolorektal,” ujarnya saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Senin 29 September 2025.

Risiko Jangka Panjang Mikrosistin

​Menurut Prof. Ari Selama ini masyarakat kerap menganggap keracunan makanan hanya menimbulkan gejala jangka pendek seperti diare atau sakit perut.

Padahal, jika sudah fatal, kata Prof. Ari bisa menyebabkan perubahan papda struktur usus.

BACA JUGA:Sidang Praperadilan Nadiem Makarim Digelar 3 Oktober 2025, Kejagung: Kami Siap!

​"Prinsipnya, ketika seseorang mengalami peradangan kronis yang berulang-ulang, maka itu akan merubah struktur dari dinding usus tersebut sampai timbul keganasan di masa depan,” jelasnya.

Pentingnya Pengawasan Sumber Air

​Prof. Ari menekankan bahwa kasus keracunan akut yang terjadi saat ini hanyalah puncak gunung es. Bahaya yang lebih besar mengintai adalah paparan mikrosistin tingkat rendah secara terus-menerus melalui air minum atau irigasi pertanian yang terkontaminasi.

​"Masyarakat harus waspada terhadap kualitas sumber air, terutama air di daerah yang memiliki riwayat mekar alga. Air yang terlihat keruh atau berbau 'tanah' harus dihindari. Pemerintah daerah dan Kementerian terkait perlu memperketat pengawasan kualitas air baku dan air minum, terutama di sekitar danau, waduk, atau sungai yang rentan terhadap algal bloom," tegas Dekan FK UI tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads