Apa yang dipaparkan Ari Prayitno sebenarnya menguatkan posisi big data yang sempat dilansir Evello. Bahwa masih ada upaya mendorong ke arah sana meski begitu tipis presentasenya.
Founder Evello Dudy Rudianto, dalam keterangan resmi menyebutkan, ada dua peristiwa penting terpantau Evello terkait isu penundaan pemilu 2024.
Peristiwa pertama saat klaim adanya 110 juta akun media sosial soal penundaan pemilu 2024. Peristiwa kedua saat deklarasi dukungan Jokowi 3 periode oleh Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi).
BACA JUGA:Drama Presiden 3 Periode Tamat, Arief Poyuono: Cari Isu Lain deh, Sudah Tak Laku!
Dari kedua peristiwa ini, Evello memotret sentimen dan emosi yang berkembang di media sosial. Hasilnya, upaya agar penundaan pemilu 2024 tetap bersentimen negatif.
Saat deklarasi, sentimen negatif terbaca turun tipis dengan skor 50,18% dibandingkan sebelumnya.
Emosi Joy publik bisa dibilang menurun saat deklarasi Apdesi. Dari sebelumnya 28% menjadi 23%. Demikian juga emosi Sadness turun tipis dari sebelumnya 27% menjadi 26%.
Evello mencatat terjadi peningkatan emosi Anger saat deklarasi Apdesi. Dari sebelumnya 8% menjadi 12%. Walau tidak besar, emosi ini menunjukkan adanya peningkatan ketidaksetujuan Jokowi 3 periode.
Membaca skenario dukungan Jokowi 3 Periode berdasarkan big data Evello.-Grafis: Evello -
Dari Strength Analytics, Evello juga mencatat, kabar baik jika perhatian publik soal isu pemerintahan Jokowi 3 periode meningkat. Peningkatan ini terlihat dari skor analytical 66% menjadi 73%.
Kedua adalah turunnya skor tentative dari 6% menjadi 5%. Skor ini menunjukkan kegamangan dalam menerima informasi turun walau belum mencapai level yakin atau percaya pemerintahan Jokowi harus dilanjutkan hingga 3 periode.
Ketiga adalah turunnya kecenderungan tidak senang alias sedih saat deklarasi Jokowi 3 periode dilakukan oleh Apdesi dari 6% menjadi 5%.
”Meskipun demikian, kecenderungan ketidaksukaan terhadap deklarasi Jokowi 3 periode cenderung naik. Ada bibit perlawanan yang tumbuh karena berkembangnya pandangan pelanggaran konstitusi untuk menunda pemilu 2024,” terangnya.
Dari dua peristiwa ini, jalan untuk menunda pemilu 2024 masih minim dukungan publik, walaupun emosi Joy masih mencuat pada skor 23%. Siapa yang senang pemilu ditunda belum sepenuhnya ikut bersuara di publik.
Di sisi lain, ada potensi bertumbuhnya pihak-pihak yang marah jika isu ini terus berhembus. Kemarahan ini belum terlalu menguat, sehingga Evello memperkirakan isu penundaan Pemilu 2024 akan terus digulirkan.