JAKARTA, DISWAY.ID – Sri Lanka tutup sekolah dan perkantoran akibat krisis bahan bakar serta memprioritaskan kebutuhan public.
Langkah ini merupakan sebuah upaya dari pemerintahan dalam menghadapi krisis bahan bakar yang terburuk sejak 1948.
Krisi bahan bakar yang dialami oleh Sri Lanka tak hanya karena kelangkaan ketersediaan bahan bakar, namun juga karena krisis ekonomi yang dialami oleh negara tetangga India tersebut.
BACA JUGA:Sean Penn Bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Lanjutkan Pembuatan Film Dokumenter
BACA JUGA:Bintang Porno Jepang Rina Arano Ditemukan Tewas Telanjang dan Terikat Dipohon
Sekolah-sekolah di ibu kota Kolombo dan sekitarnya telah ditutup selama seminggu.
Menurut organisasi Save the Children, dampak penutupan sekolah ini tentunya akan berdampak pada pendidikan anak-anak yang setelah sempat terganggu bertahun-tahun karena Covid-19.
Selain itu karyawan perkantoran juga telah diminta untuk bekerja dari rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Selain itu pemerintah juga mengeluarkan pengumuman agar warga Sri Lanka melakukan penanaman sumber makanan di kebun atau halaman rumah mereka untuk mengantisipasi krisis pangan yang mengintai negara tersebut.
BACA JUGA:Cara Tukar Kode Unik dengan Tiket Gratis CGV Nonton 'Thor: Love and Thunder'
BACA JUGA:Jokowi Pakai Jaket Biru Anti Peluru, Inilah Pernyataannya Saat Tiba di Kota Irpin Ukraina
Pihak pemerintahan pada hari Senin 27 Juni lalu menyerahkan token kepada masyarakat untuk mendapatkan bahan bakar.
Salah satu warga mengungkapkan bahwa dia telah mengantre selama empat hari dan belum tidur atau makan dengan benar selama itu.
WD Shelton (67) merupakan seorang supir yang ikut mengantri bahan bakar diantara ratusan warga.
Negara berpenduduk 22 juta orang tersebut dilanda krisis dan saat ini tengah berjuang dalam mengamankan pasokan bahan bakar.