BACA JUGA:Iring-iringan Jenazah Tjahjo Kumolo Dapat Pengawalan dari Kepolisian Sampai ke TMP Kalibata
BACA JUGA:Bendera Setengah Tiang di Gerbang Utama KemenPAN-RB Penghormatan Terakhir pada Tjahjo Kumolo
Pihak Rusia telah menyiapkan undang-undang yang segera disahkan, sehingga membuka peluang bagi Rusia untuk menyita aset perusahaan-perusahaan Barat yang memutuskan untuk pergi.
Dilansir dari reuters.com, Shell, yang telah menghilangkan semua nilai asetnya di Rusia dan beberapa beberapa bulan lalu mengatakan bahwa ia akan Sakhalin-2.
Keluarnya Shell ini karena perusahaan minyak asal Belanda tersebut meyakini bahwa akan sangat berisiko jika untuk tetap berada di Rusia.
Hal ini menaggapi rencana Rusia yang akan menasionalisasi aset asing.
BACA JUGA:Alasan 'Misterius' Jokowi Ogah Tempati Istana Merdeka Jakarta: Meja, Kursi Bisa Berbicara
BACA JUGA:Hari Ini Beli BBM Pertalite dan Solar Pakai MyPertamina, Sejumlah SPBU di Palembang Masih Cash
Keputusan Rusia ini terkait dengan sanksi Amerika dan negara Barat yang telah membekukan aset Rusia di berbagai negara dan bank nasional serta sanksi lainnya.
Shell sendiri saat ini hanya mempunyai saham 27,5 persen dikurangi satu saham di Sakhalin-2 yang merupakan kilang LNG terbesar di dunia dengan lapasitas produksi 12 juta ton.
Pengiriman LNG dari Sakhalin terdapat ke beberapa negara, di antaranya sebagian besar menuju ke Jepang, Korea Selatan, Cina, India, dan negara-negara Asia lainnya.
Sedangkan Mitsui Jepang memiliki 12,5 persen dan dan Mitsubishi memegang 10 persen saham di Sakhalin-2.