JAKARTA, DISWAY.ID - Tampilan Encek Mang (65 tahun) tampak tidak berbeda dengan warga lain di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Saat ditemui di rumahnya di Dusun Pecinan, Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Jumat 8 Juli 2022 sore, lelaki bernama asli Fathorrahman ini mengenakan sarung dan baju batik tanpa kopiah.
Hanya saja, ketika dilihat lebih teliti, tampak bahwa di tubuhnya mengalir gen dari turunan China. Kulitnya lebih putih dan semburat warna merah muda tampak di pipinya. Matanya juga terlihat lebih sipit.
Apalagi dari sisi panggilan, awalan Encek semakin memperjelas bahwa dia adalah keturunan China. Rata-rata di dusun itu.
BACA JUGA:Dimodali Joe Biden Rp 5 Triliun G20 Paksa Tiongkok Boikot Rusia
Setiap laki-laki dipanggil dengan sebutan encek dan perempuan dengan encik. Encek adalah sebutan untuk paman dan encik untuk perempuan.
"Tapi saya sudah tidak tahu mengenai leluhur saya itu. Bahkan kakak saya yang usianya 80 tahun juga tidak bisa menjelaskan asal usul kami ini. Yang saya tahu, katanya saya memang ada turunan China," kata pensiunan guru dan kepala sekolah ini.
Ia hanya bercerita bahwa di dusun itu ada makam satu orang asal China. Tokoh yang oleh warga biasa dipanggil Mak Ribut itu, makamnya ada di sebelah timur rumah Encek Mang.
Bahkan lokasi makamnya mepet dengan bangunan rumah. Dulu, makam itu sering didatangi warga China untuk ziarah, namun kini sudah tidak ada lagi yang datang.
Bukan hanya pengetahuan Encek Mang tentang leluhurnya yang mulai putus, tapi beberapa warisan budaya China di kampung itu sudah tidak bersisa. Bangunan jenis Pecinan di kawasan itu kini tidak lebih dari lima unit.
Dua di antaranya ada di sebelah kanan depan dan persis sebelah kiri rumah Encek Mang. Hampir semua warga di Dusun Pecinan sudah mengubah bentuk rumah mengikuti model modern sebagaimana rumah warga lainnya.
Bahkan, dua rumah Pecinan di kawasan itu juga banyak berubah bentuk di beberapa bagian.
Warisan rumah model Pecinan justru lebih banyak ada di dusun lain, meskipun dalam beberapa bentuk juga berubah, yakni di Dusun Lambheng Dajah, Desa Kalikatak.
Faktanya, pengaruh bahasapun juga tidak ada yang tertinggal di masyarakat Pecinan. Mereka juga menggunakan Bahasa Madura logat Kangean yang banyak berbeda dengan Bahasa Madura pada umumnya.