JAKARTA, DISWAY. ID – Ternyata virus Lassa lebih ditakuti warga Nigeria dibandingkan Covid-19 kerena lebih menular dan mematikan.
Dalam laporan rumah dari sakit Nigeria telah merawat 100.000 hingga 300.000 orang yang terpapar virus Lassa setiap tahunnya.
Salah seorang bernama Victory Ovuoreoyen terpapar virus Lassa, dia mengalami demam, muntah dan diare parah serta dirawat di Pusat Medis Federal.
Hanya dalam empat hari, badan Victory menjadi kurus meskipun pihak dokter mengungkapkan bahwa dia akan segera pulih.
BACA JUGA:Hubungan Nikita Mirzani dengan Ferdy Sambo Akhirnya Terjawab, Isu Dibekingi FS Tak Dibantah?
BACA JUGA:Hasil Otopsi Ulang Brigadir J dari PDFI: Semua Luka Disebabkan Tembakan dan Kekerasan Senjata Api
Dokter juga mengungkapkan bahwa virus Lassa mirip dengan Ebola, di mana tingkat kematian mencapai 15 persen dari pasien yang ditangani di rumah sakit Nigeria.
Menurut WHO, masa inkubasi virus Lassa antara dua dan 21 hari, gejala yang parah mulai muncul dalam waktu seminggu setelah terpapar virus tersebut.
Demam Lassa menurunkan jumlah trombosit dalam darah dan kemampuannya untuk menggumpal, menyebabkan pendarahan internal, bahkan kegagalan organ yang fatal dapat terjadi dalam beberapa hari.
BACA JUGA:Kedatangan Casemiro Membuat Ronaldo Bertahan di Manchester United
BACA JUGA:Penyebab Luka pada Dua Jari Brigadir J di Ungkap Dokter Forensik, Murni Karena...
Gejala awal termasuk sakit kepala dan otot, sakit tenggorokan, mual dan demam.
Awalnya, banyak yang tidak bisa dibedakan dari gejala malaria, penyakit umum di wilayah tersebut.
Laboratorium rumah sakit di Owo merupakan tempat satu-satunya di negara Nigeria yang dapat melakukan tes darah diagnostik Lassa dan hasilnya baru keluar setelah dua hari.
Kombinasi faktor ini sering menyebabkan penderita deman Lassa baru keketaui setelah dalam kondisi parah dan lebih sulit untuk diobati.