Virus Lassa Lebih Ditakuti Warga Nigeria Dibandingkan Covid-19, Lebih Menular dan Mematikan

Senin 22-08-2022,18:35 WIB
Reporter : Reza Permana
Editor : Reza Permana

Virus ini ditemukan pada tahun 1969 di kota Lassa, Nigeria utara, sekitar 1.000 km (621 mil) dari Owo. 

BACA JUGA:Ayah Brigadir J Buatkan Lagu Khusus 'Tragedi Berdarah' 8 Juli 2022: Air Mata Bercucuran, Seperti Mimpi..

BACA JUGA:Gempa Hari Ini Guncang Bali Getarannya Terasa Sampai ke Jawa Timur dan NTB

Sejak itu, telah menjadi endemik di setidaknya lima negara di Afrika Barat. 

Nigeria, negara terpadat di Afrika, mencatat jumlah kasus tertinggi, hingga 1.000 per tahun. Tahun ini, pada bulan Januari saja, Nigeria mencatat 211 kasus yang dikonfirmasi, dimana 40 pasien meninggal.

Penyakit ini cenderung menyerang di daerah pedesaan yang miskin dan makanan yang terkontaminasi dengan kotoran tikus atau urin sering menjadi sumber infeksi. 

Hewan buruan, yang dikenal secara lokal sebagai daging hewan liar, juga dapat tercemar jika hewan yang disembelih telah bersentuhan dengan hewan pengerat. 

BACA JUGA:Puluhan Perwira Menengah di Polda Metro Jaya Dimutasi dari Jabatannya

BACA JUGA:DPR RI Tunggu Jawaban Kapolri Soal Satgasus Merah Putih dan Pembunuhan Brigadir J

Tikus sering masuk ke rumah orang untuk mencari makan saat hujan berhenti dan itulah yang membuat demam Lassa biasanya memuncak di musim kemarau Nigeria, dari November hingga April, meskipun kasusnya tetap ada sepanjang tahun.

Dilansir dari aljazeera.com, hingga saat ini, tidak ada obat atau vaksin yang terbukti melindungi terhadap demam Lassa, kata Olayinka. 

Saat ini, satu-satunya obat yang digunakan untuk melawan demam Lassa adalah ribavirin, obat antivirus yang biasa digunakan untuk mengobati Hepatitis C. 

Tetapi efektivitasnya terhadap virus Lassa belum diteliti secara menyeluruh, dan studi pra-klinis dan uji klinis yang mahal diperlukan untuk membuktikan kemanjurannya. 

Kategori :