Terlebih algai, Sebab, kata dia, dosen yang merupakan tulang punggung pendidikan masih banyak yang dalam kondisi memprihatinkan.
"Sekitar 49 persen dosen masih berpendidikan S-1 dan hampir 50 pesen dosen berstatus tidak tetap atau berinduk lebih dari dua organisasi," tuturnya.
Ia menilai hal itu menyebabkan pekerjaan dosen menjadi tidak optimal, sehingga perlu peningkatan kompetensi dan kesejahteraan.
"Hal ini terjadi di dosen-dosen PTS. Bahkan ada dosen yang hanya dapat honor Rp1,5 juta per bulan. Memprihatinkan sekali," kata Dede.
BACA JUGA:IPW Endus Aroma 'Amis' Keterlibatan RBT dan Yoga Susilo dalam Kasus Sambo dan Konsorsium 303
Ketiga, masalah relevansi. Dede mengatakan bahwa dunia industri membutuhkan banyak sarjana berbasis teknik untuk diterjunkan ke industri manufaktur.
"Perguruan tinggi justru banyak menawarkan pendidikan berbasis sosial," ujarnya.
Masalah yang terakhir, kata Dede, terkait kompetitif perguruan tinggi. Menurutnya, hal yang paling utama adalah bagaimana mendorong agar PTS dapat mengembangkan diri.
"Artinya PTS harus bisa mengembangkan diri menjadi universitas riset untuk menghasilkan jurnal paten dan hak kekayaan intelektual (HAKI)," pungkasnya.