BACA JUGA:Nasihat Inul Daratista Soal KDRT Ternyata Dihiraukan Rizky Billar: Jangan Sampai Suami Memukul Istri
BACA JUGA:Alasan BPKB Elektronik Tetap Berupa Buku dan Bukan Kartu, Korlantas Polri: Mirip e-Paspor’
Ternyata pernyataan Soepardjo juga sama dengan apa yang pernah disampaikan sejarawan University of British Columbia, John Roosa.
John Roosa mengungkapkan bahwa Brigjen Soepardjo tidak terlibat sebagai seorang pimpinan inti G30S.
Pada saat itu, Soepardjo berperan sebagai perwira yang punya koneksi untuk menghubungkan langsung Presiden Soekarno.
Dikatahui Soepardjo tidak pernah datang rapat-rapat perencanaan pada minggu-minggu sebelumnya dan juga baru datang di Jakarta 3 hari sebelum Gerakan 30 September dimulai yakni pada 28 September 1965.
BACA JUGA:Artis Devina Kirana Diduga Jadi Selingkuhan Rizky Billar, Akun Instagram Langsung Diserbu Netizen
BACA JUGA:Sebut Mantan KPK Sah Jadi Kuasa Hukum Sambo dan Isteri, Pengamat: Mereka Tidak Bisa Lolos
Saat itu, Soepardjo melapor ke Marsekal Omar Dhani kalau dirinya akan kembali ke Kalimantan sebelum 1 Oktober 1965. Namun, sang marsekal justru meminta Soepardjo bertahan di Jakarta hingga 3 Oktober 1965.
Soepardjo juga menemui Sjam Kamaruzaman yang dianggap sebagai anggota PKI dan intel tentara.
Setelah peristiwa G30S PKI, Soepardjo sempat bersembunyi selama lebih dari setahun.
Soepardjo menjadi buronan Kodim 0501 Jakarta Pusat sejak Oktober 1965 atau beberapa hari setelah pemberontakan G 30 S PKI berlangsung.
Penangkapan Brigjen Soepardjo dalam Operasi Kalong
Brigjen Soepardjo tertangkap pada hari lebaran oleh tim khusus di bawah komando Panglima Kodam V/Jaya Brigjen Amirmachmud.
Perintah penangkapan Brigjen Soepardjo datang dari Panglima Kostrad Letjen Soeharto yang kemudian dikenal sebagai Presiden ke-2 RI selama 32 tahun atau masa Orde Baru.
Soepardjo merupakan perwira tertinggi yang terlibat dalam Gerakan 30 September (G30S) bersama Letnan Kolonel Oentoeng Sjamsoeri dari Resimen Tjakrabirawa.