Jembatan Krimea merupakan arteri vital untuk pelabuhan Sevastopol yang merupakan markas dari armada Laut Hitam Rusia.
BACA JUGA:Ketinggian Air di Manggarai Siaga 3 Capai 820 Cm yang Penuhi Tumpukan Sampah
Selain itu jembatan ini juga menjadi simbol penguasaan semenanjung Krimea oleh Rusia pada 2014 lalu.
Berbagai pihak mengkhawatirkan atas kemarahan Putin atas serangan ini akan berdampak pada penggunaan senjata nuklir yang beberapa waktu ini sempat terdengar.
Putin berulang kali memberikan peringatan pada pihak Barat bahwa setiap serangan terhadap Rusia dapat memicu respons nuklir.
BACA JUGA:200 Nelayan Ikuti Pelatihan BST Layar Motor Polda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran Harapkan Begini
BACA JUGA:Aubameyang 'Serang' Mikel Arteta: Dia Cuma Bisa Urus Pemain Muda!
Alexander Bastrykin selaku kepala Komite Investigasi Rusia saat bertemu dengan Putin mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan bom mobil.
Bastrykin mengatakan kendaraan itu telah melakukan perjalanan melalui Bulgaria, Georgia, Armenia, Ossetia Utara dan wilayah Krasnodar Rusia sebelum meledak di jembatan.
Selain itu Bastrykin juga mengatakan bahwa salah satu pihak yang menyiapkan mobil tersebut adalah pihak Ukraina.
Oleksandr Kovalenko, seorang analis militer dan kepala situs Information Resistance, mengatakan kepada situs Espreso TV, Rusia mungkin mengintensifkan serangan dengan menyasar warga sipil setelah ledakan di jembatan Krimea.
BACA JUGA:Max Verstappen Pastikan Juara Dunia Formula 1 2022 di Tengah Protes Keberadaan Traktor di Suzuka
"Kemungkinan akan ada serangan rudal di daerah perbatasan seperti wilayah Sumy dan Chernihiv. Serangan tersebut dapat juga dilakukan dengan menggunakan rudal dan drone Shahed-136 (buatan Iran) untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Ukraina," katanya.
Akibat serangan tersebut, hampir 1.500 orang dan 162 kargo berat telah melakukan perjalanan dengan feri melintasi Selat Kerch sejak ledakan itu.
Putin membuka jembatan sepanjang 19 km yang menghubungkan Krimea ke Rusia dengan meriah pada tahun 2018.