Namun, alih-alih jadi tempat pembinaan, lokasi berkumpulnya para pekerja seks di sana malah menjadi lahan basah bagi sejumlah muncikari untuk membujuk para pekerja seks kembali bekerja sebagai wanita penghibur.
BACA JUGA:Penumpang Teriak Ketakutan Setelah Melihat Adanya Ular Masuk di Dalam Pesawat
BACA JUGA:Jangan Panik! Penggunaan Obat Parasetamol Masih Diperbolehkan, Begini Penjelasan IDAI
Situasi tersebut membuat gerah masyarakat sekitar, hingga akhirnya di masa kepemimpinan Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia membentuk tim kajian pembongkaran.
Hal tersebut berujung pada penutupan lokasi ini.
Kramat Tunggak secara resmi ditutup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 31 Desember 1999.
Setelah Kramat Tunggak ditutup, tempat tersebut tak serta merta diputuskan menjadi Islamic Center.
Dikutip dari situs resminya, sempat muncul pula sejumlah gagasan, seperti membangun pusat perbelanjaan (mal), perkantoran, dan lainnya, di lahan tersebut.
Namun, Sutiyoso memiliki ide membangun Islamic Center.
Salah satunya untuk menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda.
Setelah konsultasi terus-menerus dengan masyarakat, ulama, hingga praktisi, JIC pun diresmikan oleh Sutiyoso pada 4 Maret 2003.
BACA JUGA:Buruan Siapkan CV, BPJS Kesehatan Buka Lowongan Kerja Besar-besaran, Ada 22 Posisi yang Dibutuhkan
Mahakarya dari Arsitek "Seribu Masjid"
Diketahui, masjid di Jakarta Islamic Center dirancang oleh mendiang Ahmad Numan atau Ie Muhammad Numan, arsitek spesialis masjid.
Masjid tersebut berdiri di atas lahan seluas 109.435 meter persegi, dengan luas bangunan masjid 2.200 meter, yang dapat menampung hingga 20.680 jemaah.