Pemerintah sudah membuktikan bahwa konsumsi CNG lebih lebih irit 55 persen dari konsumsi Pertalite.
Direktur Utama Perusahaan Gas Negara (PGN), H Haryo Yunianto menyebutkan, salah satu pengujian penggunaan CNG oleh Pertamina menggunakan sepeda motor.
Di mana untuk pengisian tangki penuh CNG kapasita 2,5 liter, pengendara bisa menempuh jarak 100 kilometer.
Dengan adanya CNG ini tentunya nasib kendaraan listrik bakal terancam. Jika dibandingkan dengan sepeda motor listrik dengan kapasitas batere 1,5 Kwh hanya menempuh jarak maksimal 40 kilometer.
Harga konsumsi listrik di Jabodetabek Rp 2.000 per Kwh sehingga untuk menempuh jarak 40 kilometer diperlukana biaya Rp 3.000 atau Rp 10.000 untuk jarak 100 kilometer.
Sedangkan menggunakan CNG dengan jarak tempuh 100 km hanya butuh Rp 7.750.
CNG juga bisa digunakan untuk kendaraan roda empat hingga truk serta perahu nelayan.
Penggunaan CNG ini sejalan dengan program Bahan Bakar Gas yang pernah digunakan oleh taksi dan bajaj di Jakarta.
Nantinya, khusus konversi BBM ke BBG nantinya, PGN menyiapkan 1.000 truk/bus serta 18.000 kendaraan kecil.
Program Gaslink Cylinder untuk Kapal Nelayan
Pertamina sendiri memproyeksikan aplikasi CNG perahu nelayan dengan konversi 6,71 BBTUD untuk 30.000 unit.
Program khusus nelayan menggunakan Gaslink Cylinder berkapasitas 4.2 lsp.
Gaslink Cylinder ini dirancang dengan tingkat keamanan tinggi dan mampu membuat perahu berlayar sampai 50 kilometer pada mode Dual Diesel Fuel (DDF).
CNG pada kapal nelayan juga memiliki komposisi metana beroktan tinggi sehingga kinerja mesin lebih baik dibandingkan berbahan bakar solar atau pertalite.
Konsumsi CNG pada kapal nelayan akan menghemat 30 persen dibandingkan konsumsi solar.
Jika program CNG pengganti BBM Pertalite ini berjalan akan memfungsikan SPBG milik Pertamina, di mana sekarang ini ada 35 SPBG.