Rasa panas yang menjalari tubuhnya seperti mercon dinyalakan dari dalam, bukan disebabkan oleh penggunaan pengering rambut yang terlalu lama.
Tak berhenti sampai di situ saat malam tiba, ia juga tak bisa dengan mudah memejamkan matanya.
Ternyata, ini semua adalah gejala-gejala umum ketidakseimbangan hormon.
Yang juga semakin tidak membantu, ibunya sendiri, yang pada saat itu berusia di awal 40-an, belum merasakan gejala menopause.
Sementara, teman-temannya mulai menikah dan punya anak.
"Saya merasa tidak ada yang bisa mengerti saya," ujar Emma.
Emma menyibukkan diri dengan pekerjaannya dan menghindari membahas diagnosis menopause dini.
BACA JUGA:Ini 10 Kata Motivasi Agar Semangat di Hari Senin Pertama Tahun Baru 2023
"Saya menyiksa tubuh dengan alkohol dan seks... Saya tidak menyadari betapa saya butuh membicarakan diagnosis saya dengan orang lain," terangnya.
Bagi sebagian perempuan lain, diagnosis menopause dini bahkan diterima ketika mereka sedang menjalani perawatan untuk kondisi serius lainnya.
Kisah Menopause Dini Setelah Menajalani Terapi Kanker
Beralih ke kisah Soe-Myat Noe, yang mengalami menopause dini di usia 23 tahun.
Bagi mahasiswi desain grafis London ini, menopause terjadi setelah ia menjalani perawatan untuk kanker.
Di awal tahun ini, pada saat usianya 23 tahun, dia didiagnosis menderita kanker usus stadium tiga. Radiasi di area panggul merusak ovariumnya, namun pada saat itu dia tak paham apa artinya.
"Mereka (para dokter dan perawat) hanya fokus pada kanker dan perawatan penyakit ini... Sepertinya tidak ada yang pernah menyebutkan pada saya konsekuensi menopause ini," kata dia.