Gejala-gejala yang dirasakannya, antara lain suara berdenging di telinga, kecemasan, kelelahan yang datang tiba-tiba dan parah.
Percakapan tentang menstruasi, kesuburan, dan menopause bukan hal biasa saat Soe-Myat beranjak remaja, jadi dia tak tahu apa-apa soal itu.
"Semua yang terjadi pada saya, lebih banyak terjadi pada perempuan yang jauh lebih tua... Saya merasa seperti telah kehilangan sebagian besar kehidupan saya," ceritanya.
Soe-Myat memang bisa membicarakan soal kesehatan mentalnya dengan terapis, tapi untuk gejala-gejala fisik menopause, dia harus mencari tahu sendiri dengan Google, sembari menjalani kemoterapi yang menguras tenaganya.
Meskipun HRT bisa tak cocok bagi perempuan yang menderita jenis kanker tertentu, Soe-Myat ternyata bisa mengkonsumsinya dengan aman, dan setelah menjalani terapi ini kondisinya menjadi lebih baik.
BACA JUGA:Katalog Promosi Bulan Ini Indomaret Terbaru Senin 2 Januari 2023: Beli 1 Gratis 1
Sejak itu, ia terus menjalani terapi hormon, juga melakukan kebiasaan-kebiasaan non-medis seperti berjalan kaki teratur dan menghindari minuman panas.
Meski begitu, ia berharap ada yang bisa memberinya panduan untuk mengatasi gejala menopause dini di awal diagnosisnya.
"Seharusnya tidak sesulit ini," katanya.
Untuk mengisi hari-harinya, Soe-Myat menuangkan pengalamannya itu melalui karya seni.
Media sosial Dr Nighat Arif penuh dengan pesan dari para perempuan yang mengalami hal serupa.
Dia menyerukan "pemahaman lebih baik dari hal-hal yang melingkupi" perawatan terhadap menopause oleh petugas kesehatan profesional.
"Bicaralah dengan perempuan-perempuan dalam hidup Anda. Bicarakan tentang ini dengan ibu, nenek, bibi, saudara, sahabat. Tidak perlu merasa malu, belajarlah dari pengalaman mereka."
Dr Arif berkata lebih banyak perempuan kini didiagnosis dengan POI karena kesadaran tentang gejala-gejala menopause semakin meluas. Meski begitu, masih butuh waktu cukup lama untuk mendapatkan diagnosisnya.