Asma ‘dianggap sebagai salah satu Sahabat Nabi yang paling terpelajar dan banyak sumber menekankan integritas, ketabahan, dan keberaniannya.
Sebagai generasi awal Islam, ia mengalami banyak penganiayaan yang dialami Muslim awal di Mekah dan dipaksa untuk bermigrasi ke Madinah pada tahun 622.
Seperti banyak perempuan Muslim lainnya, ia berpartisipasi dalam Pertempuran Yarmouk (636) melawan Bizantium.
Setelah kematian Nabi, dia adalah salah satu otoritas terkemuka dalam ajaran Islam, meriwayatkan sejumlah besar hadis. Salah satu putranya, yaitu ‘Urwah bin al-Zubair (w. 713) menjadi salah satu ulama paling terkemuka, terutama di bidang hadis
7. Ummu al-Darda’ Hujaima binti Uyayy al-Sughra (wafat. 700)
Salah satu cendekiawan Muslim terkemuka dari generasi kedua setelah Nabi, Umm al-Darda’ adalah seorang perawi hadis, guru dan ahli hukum yang penting.
Seorang ahli Al-Qur’an (yang dia hafal di usia muda), Ummu al-Darda’ bertemu dan mentransmisikan hadis dari ‘Aisyah binti Abu Bakar, Salman al-Faris, Abu Hurairah dan para sahabat Nabi lainnya.
Setelah menjalani sebagian besar hidupnya di Madinah, dia pindah ke Damaskus di mana mengajar ratusan siswa (baik laki-laki maupun perempuan) di Masjid Agung, banyak dari mereka akan menjadi ulama yang dihormati dan bahkan ada yang menjadi khalifah seperti ‘Abd al-Malik bin Marwan.
8. Nusayba bint Ka'b Al-Ansariyah (Lahir 630- Wafat 690 M)
Dialah salah satu pejuang muslimah pertama yang telah ikut berperang di sisi Rasulullah Muhammad SAW dalam membela panji-panji Islam pada awal penyebarannya. Ia hidup di masa Rasulullah di Madinah, dan terlibat dalam Perang Uhud, Perang Hunain, Perang Yamama, dan Perjanjian Hudaibiyah.
Ia berjuang di sisi Muhammad bersama suami dan kedua anaknya. Setiap kali bahaya mengancam Muhammad, ia selalu ada untuk melindungi. Sebuah catatan menyebutkan sebuah kisah di Perang Uhud di mana Nusayba sendiri bercerita,
“Suatu ketika pasukan meninggalkan Rasul tidak terlindungi. Hanya sedikit yang bertahan, tak lebih dari sepuluh orang. Aku bersama suami dan anakku termasuk yang masih bertahan dan berjuang bersama Rasul.”
Dalam buku The Scimitar and the Veil (Hidden Spring, 2004) halaman 214, penulis mengutip pernyataan Muhammad, yang menyinggung nama Nusayba. “Dalam Perang Uhud, ke manapun aku memandang, aku melihat dia berjuang untukku".
BACA JUGA:Islam Inspiratif Bukan Aspiratif
Dikenal dengan nama Umm Omara, wanita ini juga dianggap sebagai pejuang hak asasi wanita pertama. Dikisahkan Umm Omara bertanya kepada Rasulullah, "Kenapa Allah hanya menyebut laki-laki (dalam alquran)?” Kemudian turun Surat Al Ahzab, dan pada ayat 35 dijelaskan persamaan antara laki-laki dan wanita dalam hal amal saleh dan balasan masing-masingnya.
9. Rab'ia al-Adawiyya (717-801 M)