Rab'ia dikenal sebagai wanita sufi yang hidup pada abad ke-8 di Basra, Irak.
Kisahnya lebih banyak ditulis oleh Farid ud-Din Attar, juga seorang sufi dan penyair. Sesungguhnya, dialah salah satu pendiri sufisme.
Rab'ia lahir dari keluarga sangat miskin dan menjadi budak. Ia menjadi sufi dan menentang perbudakan. Sebagai penyair dan sufi, ia menulis dan mempopulerkan apa yang dikenal dengan the doctrine of Divine Love atau “Cinta Ilahi”, dan menjadi salah satu penyair sufi terpenting di eranya.
Suatu ketika ia ditanya mengapa selalu berjalan menyusuri jalan dengan meneteng seember air di satu tangan dan memegang sebuah lilin menyala di tangan satunya.
Rab'ia menjawab, “Aku ingin membakar surga dengan api ini, dan memadamkan api neraka dengan air ini, sehingga orang akan berhenti menyembah Allah karena takut neraka atau godaan surga. Orang harus mencintai Allah sebagaimana Allah mengasihi mereka.”
Ia memiliki banyak murid yang di kemudian hari tercatat sebagai sufi-sufi terkenal. Rab'ia sendiri berguru pada ulama dan cendekiawan terkemuka Hasan Al Basri, seorang tabi’in (generasi setelah sahabat Nabi).
10. Fatima al-Fihri (tidak diketahui-880 M)
Dialah pendiri universitas pertama, sekaligus kampus perguruan tinggi tertua di dunia.
Fatima adalah seorang dermawan bersahaja yang mewakafkan sebagian besar harta warisannya untuk mendirikan Masjid al- Qarawiyyin, di kota Fez, Maroko. Sebuah masjid yang kelak menjadi cikal bakal universitas pertama di Maroko, dunia Islam, dan di seluruh dunia.
Bermula dari aktivitas diskusi agama yang digelar masjid itu, belakangan berkembang membahas pelbagai persoalan.
Lambat laun, materi yang dibahas dan diajarkan oleh parav cendekiawan muslim mencakup berbagai bidang, termasuk tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik.
Beragam topik yang disajikan dengan berkualitas oleh para ilmuwan terkemuka akhirnya mampu menarik perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia.
Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi. Pada tahun 859, berdirilah universitas alias jami'ah pertama Al-Qarawiyyin (Jami'ah Al-Qarawiyyin).
Guinness Book of World Records pada 1998 menempatkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama di dunia yang menawarkan gelar kesarjanaan.
Sebelum menjadi Paus Sylvester II, Gerbert of Aurillac sempat menimba ilmu di universitas ini. Ia mempelajari matematika dan kemudian memperkenalkan penggunaan nol dan angka Arab ke Eropa.
Bahkan, universitas ini secara tak langsung memicu proses Renaisans di peradaban Barat pada ke-15 M, melalui kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang ditransfer para ilmuwan Muslim yang belajar atau yang mengajar di universitas itu. Majalah Time edisi 24 Oktober 1960 menyebut obor Renaisans berasal dari Fez, Maroko.