"Coba dibuka Al-Qurannya di ayat 189 Surah Al Baqarah.
"Mereka bertanya tentang hilal (bulan sabit) ini buat apa, semua yang diciptakan sama Allah azza wa jalla.
"Katakan, itu adalah untuk penentuan waktu bagi umat manusia dan untuk penentuan ibadah haji," jelas Ustaz Syafiq.
Sebagai informasi, dalam menentukan awal bulan Hijriyah, khususnya untuk 1 Ramadhan, 1 Syawwal dan 1 Dzulhijjah, Kementerian Agama menggunakan metode MABIMS.
Metode MABIMS sendiri memiliki kriteria yang sudah menjadi standar di Indonesia, yakni tinggi bulan minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Saat menentukan 1 Dzulhijjah 1444 H pada 18 Juni 2023, Kemenag dalam sidang isbat menyebut Hilal hanya terlihat 2 derajat, jauh dari kriteria MABIMS.
Akhirnya Kemenag pun menetapkan bahwa Idul Adha 2023 akan dirayakan di Indonesia pada Kamis, 29 Juni 2023.
BACA JUGA:Buya Yahya Tegaskan Keraguan Belum Aqiqah Tapi Boleh Berkurban Idul Adha: Kesalahan Fiqih Pertama
Selain itu, satu hari yang diutamakan yakni 9 Dzulhijjah atau dikenal sebagai puasa Arafah, jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023.
Ustaz Syafiq menegaskan, penentuan hari raya Idul Adha bukan pada momentum orang wukuf haji di Arafah, melainkan dengan Hilal.
Sehingga ibadah puasa sunnah Arafah secara otomatis akan dimengikat sesuai penentuan hilal.
Justru, ia meminta masyarakat agar kembali menyerahkan perkara ini kepada keputusan pemerintah.
Ustaz Syafiq lalu memberikan analogi cukup rasional, di mana orang zaman dulu tak memerlukan teknologi saat ini untuk melihat Hilal.
Sebagai contoh kala Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam meminta para sahabat untuk melihat Hilal, sebelum menentukan awal bulan.
Pilihannya ada dua, jika Hilal benar-benar bisa terlihat dengan mata telanjang maka diperintahkan untuk berbuka atau merayakan hari raya Idul Fitri, jika tidak maka digenapkan menjadi 30 hari.