Tak tanggung-tanggung, Aryanto meminta Rp 15 miliar untuk kompensasi jika Ferrari atau Lamborghini ingin mengadopsi Nikuba.
Karena tak ada obrolan mengenai hal tersebut, Aryanto menyesal sudah datang ke Italia tapi tak mendapatkan apa-apa.
"Akhirnya saya pulang saja, tahu begini dari awal saya nggak usah berangkat ke Italia lagi, ngapain hasilnya begini," sesalnya.
Aryanto tampaknya punya prinsip yang kuat meski tak membawa keuntungan ke Indonesia.
Sebab, karena tidak ada obrolan soal bayaran kompensasi, ia menolak membongkar rahasia kehebatan Nikuba yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar hidrogen tersebut.
"Jelas saya nggak mau, karena belum ada pembicaraan mengenai kompensasi kalau saya ajarkan pembuatan Nikuba," ungkap Aryanto.
BACA JUGA:BRIN Bikin Aryanto Misel Muak Gegara Nikuba Mau Diotak-atik: 'Jujur Saya Mulai Enek Pas di Italia'
Tak Senang Ada Perwakilan BRIN
Apalagi saat menjelaskan Nikuba, Aryanto Misel kesal ternyata ada perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hadir di Italia.
Ia mengaku tak senang dengan kehadiran perwakilan BRIN, lantaran katanya, mereka ingin diakui terlibat dalam penelitian Nikuba.
"Nah, hari-hari kita ngobrol pada akhirnya apa? BRIN ini mau dilibatkan di dalam Nikuba. Itu mulai enek saya di situ jujur saja," katanya.
Ia mengaku selama ada orang BRIN di Milan, ia berusaha menahan emosionalnya.
BACA JUGA:Tak Mau Didanai, Aryanto Misel Lantang Tak Butuh Bantuan BRIN Dukung Nikuba: Saya Sudah Dibantai
"Tapi saya tetap saja masih bisa menampilkan wajah-wajah yang kondusif, yang masih bisa bercanda. Padahal dalam hati saya sudah sangat kecewa," sambung Aryanto.
Aryanto menyebut, ia tidak tahu maksud kehadiran BRIN di Italia untuk apa. Padahal ia mengaku tak punya urusan.