Namun, di sisi lain kita tak bisa begitu saja menghapus sejarah ciamik di balik kesuksesan mereka sekarang.
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA BLUE BIRD
Apakah kalian tahu sosok founder Blue Bird? Ia merupakan seorang wanita tanggung bernama Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono.
BACA JUGA:Lanjut Kerjasama dengan Lamborghini Squadra Corse, Pertamina Lubricants Makin Mendunia
Wanita yang juga dikenal sebagai 'Bu Djoko' itu mendapat ide brilian terkait nama Blue Bird sewaktu ia tinggal di Belanda.
Awalnya, Bu Djoko sempat mendengar sebuah dongeng klasik Eropa yang mengisahkan adanya gadis kecil berharap sekali memiliki kebahagiaan.
Singkat cerita, datanglah seekor burung berwarna biru yang memberi 'wejangan' kepada si gadis kecil bahwasannya kebahagiaan bisa dirasakan apabila ia mau untuk bekerja keras dan bersikap jujur.
Bu Djoko merasa terkesan dengan kisah dari dongeng si gadis kecil itu, sampai-sampai dia mengadopsi beberapa alur ceritanya menjadi nilai-nilai dari Blue Bird.
BACA JUGA:Lanjut Kerjasama dengan Lamborghini Squadra Corse, Pertamina Lubricants Makin Mendunia
Lalu bagaimana taksi Blue Bird pada akhirnya menjadi transportasi umum di Indonesia? Usut punya usut, ternyata, semua berawal dari sebuah bemo dengan trayek Harmoni–Kota.
Adalah Chandra Suharto Djokosoetono, anak dari pasangan guru besar Hukum di Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Djokosoetono, S.H dan Mutiara Siti Fatimah yang menjadi sopirnya.
Tak sendirian, Chandra Suharto mengajak adiknya untuk menjadi kenek bemo tersebut.
Asal usul taksi Blue Bird sendiri dimulai kala Mutiara mendapat dua buah mobil dari polisi dan tentara, yang diberikan sebagai bentuk terima kasih atas pengabdian Djokosoetono yang meninggal dunia tahun 1965.
BACA JUGA:Perpanjangan Kerjasama Selis dan Dishub DKI Jakarta, Hadirkan 186 Motor Listrik
Bu Djoko pernah kebingungan karena taksi Blue Bird tidak kunjung mendapat izin karena hal itu hanya diberikan untuk perusahaan transportasi yang sudah berpengalaman.
Usaha Bu Djoko menemui titik cerah saat dia meminta pandangan tertulis dari para penumpang taksi Blue Bird. Sampai pada akhirnya Bu Djoko berhasil mendapat izin dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin memberi izin pada tahun 1971.