Sebagai keluarga pengungsi Palestina, masa kecil Ahmed Yassin dipenuhi dengan getirnya kemiskinan dan kelaparan.
BACA JUGA:HAM PBB : Serangan Israel ke Jabalia Bisa Dianggap Kejahatan Perang
Demi menyambung hidup, Ahmed Yassin harus putus sekolah dan bekerja sebagai pelayan sebuah restoran di Gaza.
Beruntung, ia dapat melanjutkan kembali studinya yang sempat terputus.
Pada 1952, Ahmed Yassin mengalami sebuah kecelakaan saat berolahraga bersama teman-temannya.
Kecelakaan itu menyebabkan ia mengalami patah tulang leher hingga mengalami kelumpuhan permanen.
Setelah kekalahan Arab dalam Perang 1967, agresi Israel di Palestina semakin meningkat, terutama di wilayah Gaza.
Hal ini mendorong Yasin untuk kembali ke jalur perlawanan dan memberikan pidato-pidato.
Pada saat yang sama, Ahmed Yassin juga aktif dalam mengumpulkan dana bantuan untuk keluarga korban dan tahanan Palestina.
BACA JUGA:Luncurkan Rudal Jarak 2000 KM ke Israel, Militan Syiah Houthi Deklarasi Perang Dukung Palestina
Pada tahun 1983, Yassin dihukum 13 tahun penjara oleh Mahkamah Militer Israel. Penahanan Ahmad Yassin kali ini dengan tuduhan membentuk kelompok bersenjata dan memprovokasi kerumunan.
Selama masa tahanan, Yassin sering mengalami intimidasi, terutama dalam bentuk kekerasan fisik.
Hal ini berdampak pada kesehatannya. Ahmad Yassin mengalami berbagai masalah kesehatan seperti kebutaan pada mata kanan, rabun mata kiri, radang telinga akut, dan penyakit kronis pada usus.
Pada tahun 1985, setelah menjalani penahanan selama 11 bulan, Ahmed Yassin dibebaskan dalam pertukaran tawanan antara Israel dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina
Berdirinya Hamas.
Pasca meletusnya intifadah pada 8 Desember 1987, Syekh Ahmad Yasin dan beberapa pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya memutuskan untuk mendirikan Hamas.