Sementara itu, pasokan bantuan telah mengalir ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas sejak Israel mulai mengizinkan bantuan terbatas pada 21 Oktober.
PBB mengatakan hanya lebih dari 500 truk yang membawa makanan, air dan pasokan medis namun tidak ada bahan bakar yang masuk sejak pengepungan Israel dilonggarkan.
Jumlah tersebut kira-kira sama dengan jumlah yang melintasi satu hari sebelum konflik meletus pada tanggal 7 Oktober.
Satu bulan setelah serangan teror Hamas terhadap Israel, yang menewaskan 1.400 orang dan menyebabkan 240 lainnya diculik.
Serangan militer Israel terhadap Hamas telah merenggut lebih dari 10.000 nyawa warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
ICRC mengatakan bahwa warga sipil di Gaza dan Israel terpaksa menanggung penderitaan dan kehilangan yang luar biasa dan hal ini perlu dihentikan.
“ Salah satu dampak yang paling mengejutkan adalah penderitaan yang harus ditanggung oleh anak-anak,” kata Presiden ICRC Mirjana Spoljaric.
BACA JUGA:Dituduh Menghasut, Ahed Tamini, Aktivis Wanita Palestina Ditangkap Tentara Israel
BACA JUGA:Intelijen AS Bongkar Kecerdikan Hamas Hingga Porak Poranda Israel 7 Oktober Lalu, Sulit Terdeteksi!
Anak-anak telah direnggut dari keluarga mereka dan disandera, ahli bedah ICRC merawat balita yang kulitnya hangus akibat luka bakar yang meluas.
“ Apa lagi yang harus ditanggung oleh anak-anak,” kata ICRC.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Selasa menegaskan kembali seruannya untuk pembebasan para sandera dan gencatan senjata kemanusiaan.
Dana Kependudukan PBB mengatakan terdapat 50.000 perempuan hamil dan sekitar 5.500 bayi baru lahir di Gaza, namun sejauh ini mereka hanya diperbolehkan mengirim dua truk berisi perlengkapan bersalin.
“ Jika ada 180 perempuan yang melahirkan setiap hari dalam kondisi seperti ini, makanan, air, obat-obatan, akses operasi caesar dan perawatan bayi baru lahir bergantung pada bahan bakar,” Direktur Eksekutif UNFPA Natalia Kanem mengatakan kepada wartawan.