AFRIKA SELATAN, DISWAY.ID-Putera Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau Pangeran Salman bicara soal situasi perang di Gaza.
Pangeran Salman mendesak semua negara untuk menghentikan pasokan senjara ke Israel.
Salman menyerukan hal ini dalam KTT BRICS di Afrika Selatan, Selasa 22 November 2023 waktu setempat.
BACA JUGA:Raja Salman Undang 1.300 Pejabat dari 90 Negara Berhaji Tahun Ini
KTT BRICS terdiri dari negara Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan.
Pada kesempatan itu Salman mengatakan, Arab Saudi menuntut proses perdamaian yang serius dan komprehensif untuk mendirikan negara Palestina di sepanjang perbatasan tahun 1967.
"Posisi kerajaan (Arab Saudi,red) adalan konstan dan tegas. Tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas keputusan internasional terkait solusi 2 negara (Israel dan Palestina,red)" kata Pangeran Salman kepada peserta KTT BRICS.
BACA JUGA:Pasukan Houthi Lompat dari Helikopter Bajak Kapal Israel di Laut Merah, Dibawa ke Pelabuhan Yaman
Salman menegaskan bahwa kerajaan Arab Saudi menolak agresi militer Israel di jalur Gaza dan menunut penghentian operasi tersebut.
Salman menyebut agresi militer tersebut adalah kejahatan brutal di Jalur Gaza perlu kolektif untuk mengakhirinya.
"Arab Saudi melakukan upaya tak kenal lelah sejak awal perang pada 7 Oktober untuk melindungi warga sipil di Jalur Gaza," tambahnya, mengutip Aljazair, Selasa 21 November 2023
MBS menegaskan kembali penolakan Arab Saudi terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza dan menyerukan upaya kolektif untuk menghentikan memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah kantong tersebut.
Pertempuran telah berkobar di Gaza setelah kelompok bersenjata Hamas membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober – serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
Sebagai pembalasan, Israel melancarkan kampanye pengeboman dan serangan darat tanpa henti di Gaza, yang dikuasai oleh Hamas.
Menurut pihak berwenang di Gaza, perang tersebut telah menewaskan lebih dari 13.300 orang, ribuan di antaranya adalah anak-anak.