Secara geografis gunungapi ini terletak pada koordinat 6o 06' 05.8 LS dan 105o 25' 22.3" BT, dengan ketinggian 195 m mdpl. Gunungapi ini dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi Pasauran Pandeglang, Banten dan Pos Pengamatan Gunungapi Hargo Pancuran Kalianda, Lampung.
Gunung Anak Krakatau adalah sebuah pulau vulkanik teletak di selat Sunda di Indonesia.
BACA JUGA:Pesawat TNI AU Jatuh di Sebuah Lahan dekat Gunung Bromo, Terbang dari Lanud Abdulrachman Saleh
BACA JUGA:Gunung Bromo Kebakaran, Beberapa Akses Wisata Ditutup
Pada tanggal 29 Desember 1927, Anak Krakatau pertama kali muncul dari kaldera yang terbentuk pada tahun 1883 akibat letusan gunung berapi eksplosif yang menghancurkan pulau Krakatau.
Telah terjadi aktivitas letusan sporadis di lokasi tersebut sejak akhir abad ke-20, yang berpuncak pada runtuhnya gunung berapi besar-besaran di bawah air yang menyebabkan tsunami mematikan pada bulan Desember 2018.
Sejak saat itu, terdapat aktivitas berikutnya lantaran usianya yang masih muda, pulau ini adalah salah satu dari beberapa kawasan yang menarik, dan menjadi subjek studi ekstensif oleh para ahli vulkanologi.
Pasca bencana letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, Pulau Krakatau kehilangan sekitar dua pertiga tubuhnya di sisi barat laut, melenyapkan puncak Perboewatan dan Danan, dan hanya menyisakan separuh bagian selatan pulau, termasuk gunung berapi Rakata, sebagai yang terakhir.
BACA JUGA:4 Penumpang Helikopter Mendarat Darurat di Gunung Kerinci Berhasil Dievakuasi!
Sisa pulau aslinya. Daerah yang hilang menjadi laut dangkal.
Pada awal tahun 1927 aktivitas vulkanik mulai terlihat di titik yang terletak di antara bekas puncak Gunung Perboewatan dan Gunung Danan .
Ini adalah penampakan singkat dari sebuah pulau kecil yang tenggelam oleh gelombang laut dalam waktu seminggu.
Beberapa bulan kemudian, aktivitas vulkanik mulai menciptakan formasi daratan yang lebih permanen yang akibat hujan dan gelombang, kembali runtuh di bawah laut setelah aktivitas vulkaniknya terhenti.
Proses ini berulang beberapa kali selama tiga tahun berikutnya.
Pada tanggal 11 Agustus 1930, pulau vulkanik ini secara permanen berada di atas permukaan laut, dan secara lokal diberi nama Anak Krakatau.