JAKARTA, DISWAY.ID – Dalam sebuah ulasan menyebutkan bahwa artificial intelligence atau AI menjadi patokan Israel saat serang Gaza.
Dengan berpatokan pada AI ini, mengakibatkan peningkatan drastis jumlah korban sipil di wilayah Gaza.
Hal ini dikarenakan tidak adanya pertimbangan mengenai implikasi etis dan ketidakjelasan pemilihan target yang didorong oleh AI.
Akibatnya, banyaknya anak-anak dan perempuan yang terbunuh di Gaza akibat serangan yang berdasarkan pada AI tersebut.
Dalam pemilihan target, AI tidak tidak membedakan antara tentara dan warga sipil, di mana hingga saat ini telah menewaskan sekitar 16.000 orang di Gaza.
Serangan yang dilakukan oleh IDF untuk melenyapkan Hamas hingga saat ini jauh dari kata efektif.
Pada Mei 2021 lalu, para pejabat mengatakan Israel telah melakukan 'perang AI pertama' selama pemboman di Gaza selama 11 hari menggunakan pembelajaran mesin dan komputasi canggih.
Beberapa bulan menjelang serangan Hamas di Israel pada tanggal 7 Oktober, IDF mengungkapkan integrasi AI ke dalam sebuah operasi militernya.
Pada tanggal 15 Juli, IDF telah memulai penggunaan AI untuk memilih target dalam serangan udara dan perencanaan logistik selama masa perang.
Para pejabat Israel juga mengungkapkan penerapan sistem AI untuk pemilihan target dalam pemboman udara, bersama dengan model lain yang diberi nama ‘The Gospel’.
BACA JUGA:Netizen Turki Gabung Dengan JulidFiSabilillah, Serangan ke Israel Makin Massiv
BACA JUGA:Anak Krakatau Erupsi 3 Kali Dalam 24 Jam, Kolom Abu Bergerak ke Barat
Pada operasi ‘The Gospel’ ini, Israel akan menyiapkan data target yang disetujui oleh pihak militer untuk menghitung berapa banyak kebutuhan amunisi, mengalokasikan ribuan target ke pesawat terbang dan drone serta mempersiapkan jadwal penyerangan.