Perusahaan itu diberi nama PT Hartono Istana Teknologi atau lebih dikenal dengan nama Polytron.
Mulanya didirikan di Kudus, Jawa Tengah dengan nama PT Indonesian Electronic & Engineering.
BACA JUGA:Kekayaan Prajogo Pangestu Kembali Meroket, Kini Menduduki Peringkat 26 Orang Terkaya Dunia
BACA JUGA:Indosat Ooredoo Hutchison Raih Banyak Penghargaan di World Communications Award 2023
Perusahaan Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.
Pada 18 September 1976, nama perusahaan diubah menjadi PT Hartono Istana Electronic, dan dimerger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi.
Kakak beradik ini mendaftarkan Global Digital Niaga, induk dari raksasa e-commerce Blibli, yang mengumpulkan dana sebesar Rp8 triliun (510 juta dolar) dalam IPO terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2022.
Almarhum ayah mereka, Oei Wie Gwan, mengakuisisi perusahaan rokok yang bangkrut pada tahun 1950, dan kemudian menamainya Djarum yang diambil dari nama jarum gramofon.
Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Global Digital Prima Ventures (GDP Ventures), Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
BACA JUGA:Ira Noviarti Eks Dirut Unilever Kantongi Rp 3,17 miliar Usai Jual Saham 870 Lembar
BACA JUGA:Menteri Investasi Izinkan TikTok Kolaborasi dengan Perusahaan Lokal
Berawal dari Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum.
Oei mulai memasarkan kretek dengan merek Djarum yang ternyata sukses di pasaran.
Pada tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian.
Setelah Oei Wie Gwan meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut.
Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri.