JAKARTA, DISWAY.ID - Program makan siang dan susu gratis untuk pelajar dan santri yang diusung pasangan calon presiden dan calon wali presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diyakini bakal membawa implikasi positif.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh peneliti Indonesia Food Scurity Review (IFSR), Dian Yunita dalam talkshow 'Program Makan Siang Gratis dan Implementasinya di Indonesia' di Media Center Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Sabtu 3 Februari 2024.
Tidak hanya dalam hal pemenuhan nutrisi bagi anak, menurut Dian Yunita, program makan siang dan susu gratis juga dianggap dapat meningkatkan nilai ekonomi.
BACA JUGA:Ini Daftar Penyakit Tulang dan Sendi yang Bisa Ditangani di Layanan Ortopedi
BACA JUGA:Hasil LaLiga Spanyol: Barcelona Atasi Alaves dengan 10 Orang Pemain, Ilkay Gundogan Tampil Cemerlang
"Berdasarkan kajian kami terhadap penerapan program makan siang gratis di sekolah di berbagai negara, ditemukan implikasi positif dari penerapan program tersebut. Tidak hanya penguatan nutrisi tapi juga ada sisi sosial dan ekonomi yang turut terangkat," ujar Dian Yunita.
Lebih lanjut, Dian mengatakan, adopsi makan siang gratis di sekolah di Indonesia masih kurang dari 1persen.
Hal itu dikarenakan penerapannya masih bersifat sukarela dan masih terbatas di sekolah-sekolah swasta dan pondok pesantren yang memang sudah menyediakan makan siang gratis bagi siswa.
"World Food Programme, badan di bawah PNB mengungkapkan program makan siang di sekolah semestinya menjadi investasi yang paling beharga yang bisa dilakukan oleh pemerintah," kata Dian.
BACA JUGA:Jenderal Guo
BACA JUGA:Cuaca DKI Jakarta Hari Ini Hujan atau Berawan? Cek Informasi dari BMKG di Sini
"So, why not kita tidak mulai mengimplementasikan program makan siang gratis di sekolah. Dan sebaiknya program ini diadopsi oleh siapapun pemimpin politik yang terpilih," lanjutnya.
Selain itu, banyak juga bukti empiris mengapa program makan siang gratis harus hadir di Indonesia, di antaranya, Indonesia akan menikmati bonus demografi dan peluang menjadi negara dengan peringkat keempat perekonomian global di 2045.
Namun di saat bersamaan, kita harus menelan fakta pahit bahwa Indonesia mengalami stunting yang cukup tinggi.
Pada tahun 2023 data menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia berkisar 22 persen atau melampui target nasional yakni 14 persen.