Militer setempat telah mengerahkan sekitar 100 tentara ke wilayah tersebut, namun dampaknya terbatas dan pasukan keamanan masih kalah jumlah dan persenjataan.
BACA JUGA:Pangeran Harry Blak-Blakan Ungkap Kondisi Terbaru Raja Charles III yang Mengidap Kanker
BACA JUGA:Tentara IDF Panik, 1.000 Anjing Liar dari Jalur Gaza Menyerbu ke Israel
Pembunuhan sering terjadi di komunitas terpencil, dengan anggota klan melancarkan serangan atau penyergapan sebagai balas dendam atas serangan sebelumnya.
Warga sipil, termasuk wanita hamil dan anak-anak, telah menjadi sasaran di masa lalu.
Pembunuhan seringkali sangat kejam, termasuk dibakar, dimutilasi atau pun disiksa. Polisi secara pribadi mengeluh bahwa mereka tidak mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaannya.
Lantaran petugas polisi dibayar sangat rendah, sebagian senjata yang sampai ke tangan anggota suku berasal dari pihak kepolisian.
Penentang pemerintahan Perdana Menteri James Marape pada hari Senin menyerukan agar lebih banyak polisi dikerahkan dan komisaris polisi mengundurkan diri.
BACA JUGA:Umat Kristen Geram Katedral Canterbury Jadi Tempat Penikmat Disko 'Ajojing': Itu Rumah Tuhan!
BACA JUGA:Kemunculan 'Narkoba Zombie' di Afrika Barat, Benarkah Terbuat dari Tulang Manusia?
Populasi Papua Nugini meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980, sehingga menambah tekanan terhadap lahan dan sumber daya serta memperdalam persaingan antar-suku.
Papua Nugini adalah negara berkembang dan beragam dengan populasi 10 juta orang dan 800 bahasa di wilayah penting yang strategis di Pasifik Selatan.
Keamanan dalam negeri telah menjadi tantangan yang semakin besar bagi pemerintah Tiongkok seiring dengan upaya Tiongkok, Amerika Serikat, dan Australia untuk menjalin hubungan keamanan yang lebih erat.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya siap membantu Papua Nugini, yang merupakan tetangga terdekat Australia dan penerima bantuan luar negeri Australia terbesar.
“ Itu sangat meresahkan berita yang tersebar di Papua Nugini,” kata Albanese.
BACA JUGA:Media Asing Soroti Kekalahan Anies Baswedan di Penghitungan Suara Quick Count: Menyedihkan!