JAKARTA, DISWAY.ID - Geng bersenjata menyerbu penjara utama di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, dan membebaskan banyak narapidana.
Sebagian besar dari sekitar 4 ribu pria yang ditahan di sana kini telah melarikan diri, dan lusinan orang tewas akibat serangan tersebut.
Di antara mereka yang ditahan adalah anggota geng yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021.
BACA JUGA:Tragis! Anak Kembar Perempuan Palestina Tewas Dibom Israel, Sudah Ikhtiar 10 Tahun untuk Hamil
BACA JUGA:Indonesia dan Uni Eropa Sepakat Kerjasama Perdagangan Barang dan Jasa hingga Investasi di IEU-CEPA
Kekerasan di Haiti, negara termiskin di benua Amerika, semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Geng yang bertujuan menggulingkan PM Ariel Henry menguasai 80 persen Port-au-Prince.
Peningkatan kekerasan terbaru dimulai pada hari Kamis, ketika perdana menteri melakukan perjalanan ke Nairobi untuk membahas pengiriman pasukan keamanan multinasional pimpinan Kenya ke Haiti.
Pemimpin geng Jimmy Chérizier dengan jelukan Barbekyu telah mengumumkan serangan terkoordinasi untuk menyingkirkannya.
“ Kita semua, kelompok bersenjata di kota-kota provinsi dan kelompok bersenjata di ibu kota, bersatu,” kata mantan petugas polisi, yang diduga berada di balik beberapa pembantaian di Port-au-Prince.
BACA JUGA:11 Warga Palestina Tewas dan 50 Terluka Akibat Serangan Drone Israel Dekat RS Bersalin Gaza Selatan
Gelombang penembakan menyebabkan empat petugas polisi tewas dan lima lainnya luka-luka. Kedutaan Besar Prancis di Haiti menyarankan agar tidak melakukan perjalanan di dalam dan sekitar ibu kota.
Persatuan polisi Haiti meminta militer untuk membantu memperkuat penjara tersebut, namun kompleks tersebut diserbu pada Sabtu malam.
Pada hari Minggu pintu penjara masih terbuka dan tidak ada tanda-tanda petugas, kantor berita Reuters melaporkan. Tiga narapidana yang mencoba melarikan diri tergeletak tewas di halaman, kata laporan itu.