Al Jazeera dengan tegas menolak tuduhan yang diajukan oleh otoritas Israel yang menyatakan bahwa standar profesional media telah dilanggar.
Keputusan penutupan Al Jazeeraa keluar setelah kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan suara bulat memutuskan untuk menutup operasi Al Jazeera di Israel.
Keputusan ini juga tak lepas dari pengesahan undang-undang yang mengizinkan penutupan sementara lembaga penyiaran asing yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional selama perang berbulan-bulan di Gaza.
BACA JUGA:Solder Uap Solusi Efektif untuk Penggabungan Material Elektronik
BACA JUGA:KKB Serang Gereja dan Rampas Barang Elektronik Milik Jemaat di Pegunungan Bintang
Netanyahu mengumumkan keputusan tersebut di X dan menuliskan jika pihaknya memutusakan menutup Al Jazeera.
“Pemerintahan yang saya pimpin dengan suara bulat memutuskan: saluran hasutan Al Jazeera akan ditutup di Israel,” tulisnya dalam bahasa Ibrani.
Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi menulis di X bahwa dia telah menandatangani perintah menentang Al Jazeera, yang akan segera berlaku.
Karhi mengatakan dia memerintahkan penyitaan peralatan penyiaran Al Jazeera yang digunakan untuk menyampaikan konten saluran tersebut, termasuk peralatan pengeditan dan routing, kamera, mikrofon, server dan laptop, serta peralatan transmisi nirkabel dan beberapa telepon seluler.
BACA JUGA:Perhatian, Inilah Jadwal Shuttle Bus dan Kantong Parkir Saat Konser Ed Sheeran di JIS Malam Ini
Pada hari Minggu malam, polisi menggerebek lokasi Al Jazeera di Yerusalem Timur yang diduduki dan penyedia satelit dan kabel menghentikan siaran Al Jazeera.
Alih-alih siaran Al Jazeera, muncul pesan-pesan di sejumlah penyedia satelit, termasuk pesan-pesan dengan tulisan ‘Ya dan ‘Panas.
Pesan yang ditandai dengan ‘Ya’ berbunyi: ‘Sesuai dengan keputusan pemerintah, siaran stasiun Al Jazeera telah dihentikan di Israel’.
Keputusan Israel meningkatkan perseteruan lama negara tersebut dengan Al Jazeera.
Hal ini juga mengancam akan meningkatkan ketegangan dengan Qatar, yang mendanai jaringan media tersebut, pada saat Doha memainkan peran penting dalam upaya mediasi untuk menghentikan perang di Gaza.