Muncul Kasus Kematian Pertama Flu Burung H5N2, Sudah Masuk Indonesia?

Kamis 06-06-2024,18:01 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi adanya kasus kematian pertama akibat flu burung H5N2.

Dalam laporannya, warga Meksiko berusia 59 tahun meninggal pada 24 April setelah mengalami gejala flu, seperti demam, sesak napas, diare, mual, dan rasa tidak nyaman secara umum.

Padahal, korban tidak memiliki riwayat terpapar unggas atau hewan lain.

Sedangkan kasus flu burung subtipe A (H5N2) telah dilaporkan pada unggas di Meksiko.

BACA JUGA:Virus Flu Burung Tertular Manusia di Australia dan Amerika, Peternak Perlu Diperiksa

Hal ini menjadi pertanda bahwa manusia harus meningkatkan kewaspadaan terhadap flu burung, terutama jenis H5N2.

Bagaimana dengan penularan di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, flu burung terakhir dilaporkan pada tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah dilaporkan lagi kasus flu burung pada manusia.

"Untuk kasus H5N2, belum ada laporan kasus baik pada unggas maupun manusia di Indonesia," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi ketika dihubungi pada Kamis, 6 Juni 2024.

Ia menjelaskan, flu burung memiliki case fatality rate atau angka kematian kasus yang tinggi, yakni mencapai 80 persen.

BACA JUGA:Flu Burung Nular ke Manusia di Australia dan Amerika, Indonesia Terancam?

Gejala Flu Burung

Gejala awal flu burung berupa batuk dan demam yang berlanjut jika tidak ditangani sesegera mungkin menjadi kesulitan pernapasan yang menyebabkan kematian.

Adapun gejala lain yang diderita adalah demam dengan suhu ≥38◦C, batuk, nyeri tenggorokan, pilek, sesak napas, dan terdapat riwayat kontak dengan unggas atau lingkungan yang terkontaminasi.

BACA JUGA:Awas! Kenali Penyakit Flu Burung Klad Baru 2.3.4.4B, Jangan Sampai Menulari Anda

Apabila seseorang yang terjangkit flu burung segera melakukan pengobatan, keberhasilan untuk sembuh pun meningkat.

"Tingkat keberhasilan pengobatan dipengaruhi oleh deteksi dini dan pengobatan yang dilakukan secepatnya," tandasnya.

Pengobatan flu burung sendiri dapat menggunakan antivirus (oseltamivir) dan pengobatan suportif.

BACA JUGA:Flu Burung Hantui Amerika Serikat, Harga Telur Melambung Hingga 200 Persen, Perang Ukraina Memperparah Keadaan

Pengobatan antivirus untuk flu burung lebih efektif apabila diberikan dalam waktu 2 x 24 jam.

"Apabila pengobatan terlambat, risiko keparahan dan kematian dapat meningkat," tegasnya.

Dengan tingkat keparahan yang tinggi ini, perlunya upaya pencegahan agar tidak terjangkit flu burung sama sekali.

BACA JUGA:Awas! Kenali Penyakit Flu Burung Klad Baru 2.3.4.4B, Jangan Sampai Menulari Anda

Cara Mencegah Flu Burung

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya sebagai berikut.

Mencuci tangan dengan sabun
Menggunakan alat pelindung diri apabila menangani / mengolah unggas, dan kemudian mencuci tangan dengan sabun setelah selesai.
Melaporkan unggas mati mendadak secepatnya
Apabila mengalami gejala flu burung, secepatnya datang ke fasiltias kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Siti Nadia Tarmizi menambahkan, pihaknya juga memiliki program One Health untuk koordinasi surveilans.

 

 

Kategori :