Ilmuwan Dorong Dialog Global soal Inovasi dan Kebijakan Tembakau Berbasis Sains
Mantan Direktur Penelitian, Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Prof. Tikki Pangestu, menyoroti lambatnya adopsi strategi pengurangan risiko tembakau (Tobacco Harm Reduction/THR), dan dikaitkan dengan bukti--Istimewa
JAKARTA, DISWAY.ID – Mantan Direktur Penelitian, Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Prof. Tikki Pangestu, menyoroti lambatnya adopsi strategi pengurangan risiko tembakau (Tobacco Harm Reduction/THR), dan dikaitkan dengan bukti ilmiah mengenai potensi manfaat produk tembakau alternatif.
Produk-produk seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, ditawarkan sebagai pilihan rendah risiko kesehatan bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya.
Berbicara dalam sesi panel Symposium 6: Strengthening Health Resilience in the Era of Global Challenges di acara International Military Medicine Symposium & Workshop (IMEDIC), di Jakarta, Prof. Tikki mengungkapkan keheranannya mengapa inovasi teknologi tembakau ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk mengatasi epidemi merokok global.
BACA JUGA:PURBAYA Effect: Kemenperin Akui Industri Tembakau Mulai Membaik Pasca Batalnya Kenaikan Cukai!
"Mengapa produk-produk inovatif baru ini belum digunakan secara luas sebagai strategi pengurangan bahaya yang penting untuk mengakhiri epidemi merokok? Hal ini tetap menjadi tantangan besar bagi negara-negara di seluruh dunia yang mengadopsi produk-produk baru ini," ujar Prof. Tikki.
Menurutnya, ada lima hambatan utama yang menyebabkan lambatnya implementasi THR, yang berdampak pada upaya menurunkan prevalensi merokok di berbagai negara. Hambatan pertama adalah sikap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sangat anti-pengurangan bahaya tembakau.
"WHO sebagai badan kesehatan dunia sangat berpengaruh. Jadi, jika WHO mengambil posisi menolak, negara-negara cenderung mengikuti arahan mereka," jelasnya.
BACA JUGA:Badai PHK Gudang Garam Jadi Sinyal Berat Industri Tembakau Sekaligus Ketidakpastian Ekonomi
Kondisi ini membuat negara-negara, khususnya berpenghasilan menengah ke bawah, sering kali mengalami keterbatasan dalam menilai manfaat dari implementasi pengurangan risiko tembakau melalui penggunaan produk tembakau alternatif.
Hambatan kedua, regulasi yang terfragmentasi dan tidak proporsional, yang memengaruhi keterjangkauan, aksesibilitas, dan keamanan produk tembakau alternatif.
Hambatan ketiga adalah maraknya misinformasi tentang bahaya dan manfaatnya, serta penggunaan bukti secara selektif yang memengaruhi WHO hingga pembuat kebijakan. Banyak informasi yang salah beredar, termasuk anggapan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang sama dengan rokok.
"Buktinya jelas menunjukkan produk tersebut 90 persen lebih rendah risiko," jelas Prof. Tikki.
BACA JUGA:Gudang Garam Berhenti Beli Tembakau Temanggung, Harga Rokok jadi Sorotan
Hambatan keempat adalah pengecualian terhadap industri. Umumnya terdapat ketidakpercayaan terhadap motif industri karena warisan citra buruk di masa lalu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: