58% Perusahaan Indonesia Terapkan Manajemen Rantai Pasok, Manfaatkan AI

Jumat 14-06-2024,23:43 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID - Manajemen rantai pasok, atau supply chain management SCM , memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pasar dengan cepat dan tepat.

Hingga 58% perusahaan di Indonesia sudah menggunakan teknologi, seperti solusi SCM berbasis awan, untuk mengotomatisasi proses dan kegiatan di rantai pasok yang terbukti berdampak positif pada pendapatan perusahaan.

Rantai pasok adalah sistem untuk mengkoordinasi semua bagian dan aktivitas, mulai dari sumber daya manusia SDM hingga logistik, untuk menghadirkan produk di pasar.

BACA JUGA:Demi Efisiensi Rantai Pasok, Subholding Pelindo Gandeng FKS untuk Perkuat Layanan Logistik Terintegrasi

Manajemen rantai pasok yang baik menjadi kunci kesuksesan perusahaan mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan di mana bahan baku serta produk jadi harus dikirim lewat jalur darat, udara, dan air.

Jansen Jumino, Chief Business Officer CBO Mekari, perusahaan software-as-a-service SaaS yang menyediakan solusi SCM berbasis awan yaitu Mekari Jurnal SCM, mengatakan bahwa manajemen rantai pasok yang tepat akan membantu perusahaan meningkatkan pendapatan dengan memungkinkan mereka untuk mengendalikan biaya operasional, meminimalisir efek dari ketidakstabilan pasar, dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan cepat.

“Tren digitalisasi rantai pasok di tingkat global semakin meluas karena teknologi terbukti memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengontrol dan mengamati proses di setiap titik rantai pasok. Lebih spesifik, teknologi dalam bentuk solusi SCM berbasis awan meningkatkan otomasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasok sehingga perusahaan bisa merespon dengan cepat fluktuasi permintaan pasar,” lanjutnya.

Ia menambahkan solusi SCM dapat membantu perusahaan menanggulangi tantangan-tantangan yang umum dihadapi, termasuk penyusunan ulang volume pasokan dari supplier ketika harga bahan baku naik dan pengaturan inventaris ketika terjadi disrupsi pasokan.

BACA JUGA:Baru! Kapabilitas Manajemen Rantai Pasokan Keuangan (FSCM) di UOB Infinity: Nasabah Bisa Gerak Makin Cepat

Jansen kemudian membagikan tren digitalisasi rantai pasok berdasarkan data Mekari yang dirangkum di whitepaperTantangan dan Peluang Rantai Pasok di Indonesia*.

Dominasi digitalisasi

Perusahaan di Indonesia semakin mendigitalisasi pengoperasian rantai pasok mereka.

Riset menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan, yaitu sebesar 58%, telah menggunakan solusi SCM berbasis awan untuk mengelola rantai pasok.

Jansen menambahkan bahwa perusahaan lebih tertarik pada solusi SCM berbasis awan dibanding on-premise karena manfaat yang dihadirkannya.

BACA JUGA:BRI Jalin Kerja Sama dengan Chandra Asri, Dukung Rantai Pasok Industri Petrokimia Nasional

Solusi SCM berbasis awan membutuhkan biaya investasi dan bulanan yang lebih rendah, serta membebaskan perusahaan dari biaya pemeliharaan software dan infrastruktur milik sendiri.

“Skalabilitas yang ditawarkan solusi SCM berbasis awan menghilangkan salah satu hambatan utama pengadopsian teknologi, yaitu biaya implementasi yang tinggi. Sebab itu, solusi SCM berbasis awan mempercepat adopsi teknologi oleh perusahaan di lintas industri dan membantu mereka merespon permintaan pasar dengan lebih dinamis,” katanya.

Tumbuh terus

Perusahaan yang memanfaatkan solusi SCM berbasis awan untuk mengelola rantai pasok mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 45% lebih tinggi dibanding sebelum menggunakan teknologi tersebut.

“Ini membuktikan bahwa pemanfaatan solusi SCM berbasis awan membuahkan hasil positif yang tercermin dari peningkatan pendapatan bisnis,” kata Jansen.

BACA JUGA:Rantai Pasokan Makanan Mulia Mengancam Shanghai

Beban biaya

Perusahaan-perusahaan mengakui bahwa tantangan utama yang mereka hadapi terkait manajemen rantai pasok adalah menekan kenaikan biaya produksi dan logistik 43%, diikuti oleh mencegah dampak lingkungan dari aktivitas rantai pasok 37% serta memitigasi dampak dari disrupsi eksternal seperti keterlambatan dan kekurangan pasokan 36% .

“Fluktuasi permintaan pelanggan, permintaan pasar yang rendah, dan terbatasnya visibilitas rantai pasok menjadi tiga tantangan lainnya yang dilaporkan oleh perusahaan di Indonesia,” katanya.

BACA JUGA:2 Industri Kelapa Sawit Buka Lokakarya di Aceh, Olivier Tichit: Ini Penting di Area Rantai Pasok

Manfaatkan AI

Saat ini, mayoritas perusahaan ada di tahap adopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses utama di rantai pasok.

Hanya 6% perusahaan yang sudah maju ke tahap adopsi teknologi berikutnya, yaitu menggunakan artificialintelligence AI untuk mengelola rantai pasok.

“Namun, 43% dari mereka berencana untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam 2 3 tahun kedepan. Ini berarti bahwa potensi transformasi digital, baik di tahap otomatisasi dan di tahap pengimplementasian AI, masih sangat luas,” katanya.

Jansen menambahkan bahwa tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus bertumbuh karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang di berbagai perusahaan.

BACA JUGA:Perkuat Rantai Pasok Energi Primer, PLN EPI Tambah Kapal MV Latifah Baruna

Kehadiran teknologi mutakhir seperti AI akan membuka peluang baru bagi perusahaan untuk mendongkrak bisnis dengan teknologi.

"Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk bisa menggunakan teknologi masa depan,” lanjutnya.

Bagi perusahaan yang masih konvensional, fokus transformasi digital harus dititikberatkan pada pengadopsian solusi digital yang akan mengotomatisasi proses-proses bisnis dasar.

Bagi perusahaan yang sudah lebih maju karena telah memanfaatkan solusi digital, tugas berikutnya adalah memperdalam pemanfaatan solusi yang ada untuk mengotomatisasi pengelolaan data.

“Perjalanan menuju adopsi AI memang panjang dan bertahap, namun semua diawali oleh digitalisasi data dan proses untuk meningkatkan visibilitas. Setelah itu, otomatisasi terus dijalankan agar perusahaan dapat memanfaatkan AI di masa depan,” tutup Jansen.

 

 

Kategori :