Sehingga, pihaknya masih belum bisa mengumumkan kapan program vaksinasi DBD bisa diluncurkan.
Ia pun menambahkan beberapa faktor yang masih perlu diperhatikan sebelum memasukkan vaksinasi dalam program.
BACA JUGA:Kementerian PUPR Bangun Pengaman Pantai Gelora di Sumbawa Guna Cegah Abrasi
BACA JUGA:Kementerian PUPR Bangun Pasar Glendoh, Target Rampung Juli 2024
"Pertama, kita ini vaksin untuk anak-anak cukup banyak. Jadi kalau kita menambah satu lagi, masyarakat mungkin persepsinya (tidak baik)," tandasnya.
Sehingga, penambahan program vaksinasi ini membutuhkan waktu untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat.
"Kalau di Indonesia, menambah satu vaksin itu pengalinya banyak. Beda dengan Singapura, penduduknya tidak banyak," lanjutnya.
Ia menilai bahwa pihaknya tidak boleh menganakemaskan kota atau wilayah tertentu dalam penyediaan pemberian vaksin.
"Jadi kita harus menghitung, bahwa kalau memang komitmen kita menambah satu vaksin ya harus se-Indonesia," tegasnya.
BACA JUGA:Gus Halim Ajak Masyarakat Manfaatkan Momen Idul Adha untuk Teladani Keikhlasan Nabi Ibrahim
BACA JUGA:Kominfo: Guru Jadi Ujung Tombak Pencegahan Hoaks di Dunia Pendidikan
Namun, ia menyebut bahwa beberapa daerah telah bergerak menjalankan program vaksinasi DBD untuk wilayahnya sendiri, seperti di Balikpapan beberapa waktu lalu.
Di samping itu, dr. Erni menjelaskan bahwa vaksinasi DBD memberikan manfaat dalam mencegah keparahan akibat virus dengue.
"Tetap bisa digigit, tapi kalau sakit diharapkan tidak berat, tidak perlu sampai masuk rumah sakit, tidak sampai terkena risiko kematian karena demam berdarah," tuturnya.
Dalam penjelasannya, vaksin merupakan virus yang dimasukkan dalam jumlah yang sedikit dan sudah dibuat dalam bentuk pasif sehingga cukup untuk menstimulasi respon antibodi.
Meski telah divaksin, upaya pencegahan tetap penting agar virus tidak menjangkiti tubuh sama sekali, yakni dengan gerakan 3M Plus serta G1J1R.