JAKARTA, DISWAY.ID -- Singgung sistem pemilu di Inggris, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon bandingkan dengan pemilu di Indonesia.
Menurutnya, aturan kampanye di masa minggu tenang tidak jelas.
BACA JUGA:Demokrat Tepis Rumor Jokowi Usulkan Kaesang Pangarep Sebagai Kandidat Pilkada Jakarta
BACA JUGA:Heru Budi Layak Maju di Pilkada Jakarta 2024, Demokrat: Dia Banyak Prestasi
Pasalnya, di momen tersebut justru banyak terjadi politik uang.
"Menurutku tidak jelas alasan dari dibuatnya aturan minggu tenang ini. Yang terjadi malah di minggu tenang ini orang bagi uang. Malah ini yang (seharusnya) tidak ditindak," kata Jansen dikutip dari akun pribadi X (twitter) pada Kamis, 4 Juli 2024.
Dia pun membandingkan dengan pemilu yang terjadi di Inggris. Kata, Jansen, Rishi Sunak masih melakukan kampanye saat sebelum masuk ke TPS (Tempat Pemungutan Suara).
BACA JUGA:Demokrat Pastikan Tidak Bergabung Koalisi Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta 2024
"Sebelum masuk ke TPS-pun Rishi Sunak masih kampanye, mengajak orang untuk memilih. Dan menurutku ini yg benar!" tuturnya.
Jansen mengatakan, bahwa hukum pemilu di Indonesia bisa dikatakan 'aneh'. Karena ketika di masa minggu tenang, alat peraga kampanye diturunkan. Berbeda dengan di Inggris.
"Harusnya yang tepat itu aturan diluar contohnya di Inggris ini. Dimana kampanye dan ajakan memilih itu terus berlangsung sampai hari pencoblosan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Alumni Universitas Airlangga itu menyampaikan, ketika di momen minggu tenang justru masyarakat lupa dengan siapa yang ingin dipilih.
BACA JUGA:Mujiyono Ditunjuk Partai Demokrat Sebagai Cawagub Jakarta
BACA JUGA:Ketum Demokrat Siap Uji Kader untuk Maju Pilkada Jakarta, Tidak Mesti Jadi Cagub
Akhirnya, kata Jansen, yang diingat masyarakat adalah perihal siapa yang membaginya uang. Bukan atas pilihannya sendiri.