JAKARTA, DISWAY.ID - Gorontalo baru-baru ini diterpa cuaca ekstrem, ada banjir dan longsor yang sampai menelan korban jiwa.
Laporan terakhir dari Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Provinsi Gorontal, Heriyanto mengatakan ada 30 orang yang dilaporkan hilang belum ditemukan.
Sementara itu ada sebanyak 23 orang meninggal dunia akibat longsor yang terjadi di pertambangan emas tradisional Bone Bolango, Gorontalo.
Selain itu tak menutup kemungkinan adanya korban jiwa lainnya yang masih belum bisa ditemukan.
BACA JUGA:Kota Gorontalo Terendam Banjir, Pemkot Siapkan Pengungsian Darurat
Lantas apa yang jadi penyebab bencana alam longsor dan banjir yang begitu sangat ekstrem di Gorontalo?
Memang Gorontalo dalam satu minggu terakhir sedang kerap diterpa cuaca ekstrem berupa hujan lebat.
Dengan adanya cuaca ekstrem itu pada akhirnya memicu bencana hidrometeorologi layaknya banjir dan longsor di sejumlah daerah, khususnya Provinsi Gorontalo.
Dari pengelihatan dinamika atmosfer sekarang ini,kondisi cuaca di wilayah Gorontalo selama satu minggu ini perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam skala regional dan lokal.
Berdasarkan informasi dari Unit Prakiraan Cuaca (Forecaster) BMKG Gorontalo, faktor-faktor perkembangan cuaca tersebut di antaranya adalah:
1. Aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) yang kini telah memasuki wilayah Indonesia. MJO adalah aktivitas intra-musim yang terjadi di wilayah tropis dan dapat diamati melalui pergerakan aktivitas konvektif dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik setiap 30-40 hari.
2. Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial memberikan kontribusi dalam potensi hujan.
3. Terbentuknya pola konvergensi dan shearline di sekitar Gorontalo.
BACA JUGA:Kondisi Terkini Bandara Djalaluddin di Gorontalo Imbas Letusan Gunung Ruang