Sayyid Muthahar

Minggu 28-07-2024,10:10 WIB
Oleh: Kang Marbawi

JAKARTA, DISWAY.ID - Dia bukan tokoh politik utama di tahun 1948.

Dia juga tak pernah membanggakan nasabnya.

Tapi dia menjadi incaran dan dicari Belanda.

Sebab dia membawa selembar kain dua warna. 

“Kain ini, tidak boleh jatuh ke tangan musuh”. 

Demikian pesan Sang Proklamator kepada Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar alias Husein Muthahar alias Kak Mutahar, ajudannya Soekarno.

Pesan diatas sebelum Bung Karno di tangkap dan diasingkan ke Berastagi-Parapat Sumatra Utara lalu dipindahkan ke Bangka tahun 1949.

Muthahar -yang juga pendiri Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) dan Pandu Pramuka (Praja Muda Karana) sadar, selembar kain ini adalah, marwah bangsa. 

Simbol negara yang dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati ini, tidak boleh jatuh kepada penjajah Belanda.

Kain yang kemudian jahitannya dibuka dibantu Pernadinta itu, harus dijaga dengan nyawanya. 

Muthahar menyelempangkan potongan kain berwarna merah di pinggangnya.

Sementara yang putih di masukan ke dalam tas.

Alibi untuk mengelabui Belanda, jika menangkapnya, bahwa itu sekedar kain biasa.

Bukan Sang Saka Merah Putih yang sakti dan bertuah. 

Ketakutan dan kecemasaannya semakin memuncak. Tak karuan akibat agresi II Belanda. Muthahar pun tertangkap di Semarang setelah Yogyakarta direbut Van Mook. Tapi Sang Dwiwarna selamat. Belanda tidak tahu, maka tak merampasnya.

Kategori :