Sayyid Muthahar

Minggu 28-07-2024,10:10 WIB
Oleh: Kang Marbawi

Ada tuah dalam selembar kain itu. Tuah yang lahir dari sejarah, budaya, air mata, nyawa, harta, penderitaan, perbudakan, dan perlawanan yang tak hingga dari rakyat Indonesia. Demi simbol suci bangsa. 

Mewujud dalam kesaktian untuk bisa menyatukan dan menggerakkan rakyat demi berkibarnya bendera Merah Putih.

Dimanapun, kapanpun hingga akhir jaman.

Sang Saka Merah Putih, adalah metamorfosis darah dan tulang dari jutaan rakyat Indonesia yang rela berkalang tanah.

Mengorbankan dan dikorban serta menjadi korban demi kedaulatan, kemerdekaan dan berkibarnya Merah Putih.

Sang Dwiwarna adalah kedaulatan yang harus dijaga dan dibela.

Sang Saka adalah wujud dari cita luhur persatuan, kedaulatan, kejayaan dan kemakmuran bangsa.

Di Merah Putih, wujud kebanggan menjadi Bangsa Indonesia.  

Cita itu, belum terwujud penuh.

Belum diresapi makna dan cita perjuangannya.

Sebab sang Dwiwarna hanya diukupi disetiap upacara. Hanya itu! 

Cita Sang Saka Merah Putih belum nampak dalam kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Cita yang dirusak oleh laku koruptif, etika yang tersungkur, kekerasan yang menjadi budaya dan hukum yang dipecundangi. 

Sang Dwiwarna melambai marah, pada kedaulatan yang digadai, terjual, atau sengaja dijual.

Oleh siapa dan kenapa, tak pernah tahu. Sebab kita sama-sama tahu. Mungkin kita perlu berjuang lagi untuk Merah Putih. Seperti Kak Muthahar.

(Kang Marbawi, 280724)

Kategori :