"Suatu ketika ada seseorang yang melaporkan sesuatu kepada beliau bahwa ada orang yang menggunjing beliau dan meng-ghibahi beliau di belakang beliau.
"Apa yang dilakukan al Hasan al Bashri, apakah beliau langsung marah, beliau meluapkan emosinya, beliau langsung melabrak orang tersebut? Ternyata tidak," katanya.
Memberi Sepiring Kurma
Sebaliknya, kata Ustaz Nuzul Dzikri, yang dilakukan Hasan al-Bashri justru dengan murah hatinya ia memberikan sepiring kurma kepada si pelaku.
"Yang beliau lakukan adalah, beliau siapkan sepiring kurma, kemudian beliau kirimkan kepada orang yang menggunjing beliau tersebut," bebernya.
Ustaz Nuzul melanjutkan, setelah Hasan al-Bashri mendatangi orang yang membuat fitnah, ia merasa bersyukur karena ia merasa mendapat tambahan pahala.
"Lalu ketika beliau berhadapan dengan penggunjing, pengghibah, beliau mengatakan, 'Telah sampai berita kepada diriku bahwa engkau telah mengghibahkan, memberikan sebagian pahalamu kepada diriku, Jazakallahu khairan, semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberimu balasan kepada dirmu yang banyak. Dan aku berikan sepiring kurma kepada dirimu sebagai hadiah, karena aku ingin membalasmu dan tolong maafkan diriku apabila aku tidak bisa memberikan balasan sebagaimana yang engkau berikan kepada diriku'."
Perkataan Hasan al-Bashri itu, Ustaz Nuzul menjelaskan bahwa sang ulama ingin mengatakan bahwa ia berterima kasih karena orang yang memfitnahnya sudah memberi pahalanya.
Akan tetapi karena ghibah perkara yang berhubungan dengan maksiat kepada Allah SWT, Hasan al-Bashri tak bisa bisa membalas gunjingan.
Sehingga Hasan al-Bashri hanya bersyukur dan berharap orang yang menggunjingnya mau bertaubat.
"Apa maknanya? Al Hasan al Bashri meminta maaf kepada orang tersebut, mohon maaf saya tidak bisa membalas memberi pahala engkau dengan pahala yang serupa. Saya tidak bisa menghadiahkan pahala sebagaimana engkau menghadiahkan pahala dirimu kepada diriku. Allahuakbar," terang lagi Ustaz Nuzul.
Kecerdasan Iman
Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri menyebut akhlak Hasan al-Bashri merupakan sebuah bukti tingginya derajat keimanan dan pemahamannya terhadap agama Islam.
Mendapat gunjingan atau dibicarakan hal buruk oleh orang banyak, tetapi dirinya tak lantas marah balik memfitnah.
Sebuah pepatah mengatakan bahwa seorang Ulama bak duri beracun, sekali disentuh maka racunnya sangat mematikan.
Dan ulama tersohor seperti Hasan al-Bashri adalah contoh kecerdasan iman dan emosional seseorang.