Analis Komunikasi Politik: Sejarah dan Mitos Jadi Kunci Pilkada Jakarta 2024

Sabtu 07-09-2024,14:56 WIB
Reporter : Fajar Ilman
Editor : Subroto Dwi Nugroho

JAKARTA, DISWAY.ID -- Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio menyoroti keunikan dan tantangan dalam Pilkada Jakarta, menekankan bahwa sejarah dan mitos memiliki peran penting dalam kontestasi politik ibu kota.

Ia mengingatkan para calon gubernur untuk memerhatikan faktor-faktor sejarah yang dapat memengaruhi hasil Pilkada.

"Salah satu sejarah yang harus diperhatikan adalah elektabilitas masing-masing calon. Selama ini, calon dengan survei elektabilitas tertinggi belum pernah memenangkan Pilkada Jakarta," katanya dalam komfirmasinya, Sabtu, 7 September 2024.

BACA JUGA:Densus 88 Sebut 7 Orang Dibekuk Aksi Teror Melalui Sosmed, Saat Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta

BACA JUGA:Penghuni Panti Asuhan Yayasan Komunitas Anak Maria Immaculata Protes Pembangunan Waduk di Bekasi

Ia mencontohkan, pada 2012, Fauzi Bowo yang memiliki survei tinggi kalah dari Jokowi, dan pada 2017, Ahok juga kalah meskipun memiliki survei tinggi, dikalahkan oleh Anies Baswedan.

Selain itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya dukungan akar rumput dalam Pilkada Jakarta.

"Sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007, hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi, yaitu Fauzi Bowo pada tahun 2007," jelasnya.

Ia mencatat bahwa Jokowi menang di 2012 berkat dukungan akar rumput PDI Perjuangan, dan Anies Baswedan di 2017 menang dengan dukungan akar rumput PKS-Gerindra.

Hensat juga menyebutkan bahwa belum ada petahana yang berhasil mempertahankan kursi gubernur di Jakarta.

BACA JUGA:Jadwal Layanan SIM Keliling Jakarta Hari Ini 7 September 2024, Jangan sampai Ketinggalan!

BACA JUGA:Penjual Pempek di Cilincing 2 Kali Cabuli Bocah Laki-laki, Terancam Penjara 15 Tahun

"Pilkada Jakarta 2024 membuktikan bahwa mitos soal incumbent kembali terjadi. Anies, yang terhitung incumbent, kini tidak bisa mendapatkan tiket untuk maju lagi," ujarnya.

Ia mengingatkan calon gubernur untuk menawarkan program yang realistis.

"Warga Jakarta ini sadis, maunya banyak dan saking rasional, mereka bisa ketawa sama program dari calon gubernur yang dianggap tidak realistis," katanya.

Kategori :