BACA JUGA:PJ Gubernur DKI Jakarta Sebut Budidaya Ikan Lele Ampuh Cegah Penularan DBD
BACA JUGA:Berkat Program BRInita, Kelompok PKK Rawa Barat Sukses Budidaya Hidroponik dan Ikan Nila
"Mulai dari ayam kalkun, ada ayam ketawa juga, ada ayam silkie, ada ayam polandia, ada ayam bantam cochin, dan juga ayam brahma," tuturnya.
Tak berhenti di situ, Fachri kemudian menyebut jenis ayam yang tersisa. Seperti ayam belgia, ayam batik (Italia dan Kanada) dan ayam kate.
Fachri pun bercerita bahwa dirinya sudah mulai budidaya ayam hias itu sejak tahun 2014. Bisnis itu ternyata sejalan dengan kecintaan dan ketulusannya kepada hewan yang identik dengan suara berkokok di pagi hari.
"Karena memang kecintaan saya dengan ayam, terus ditambah lagi ya karena memang ayam hias itu banyak jenisnya, dan banyak ragamnya, dan memang ya bagus-bagus gitu kan. Terus ternyata di sisi lain ada nilai bisnisnya, ada nilai usahanya, ada nilai jualnya lah gitu," terangnya.
BACA JUGA:Hutama Karya Raih Kontrak Strategis Pembangunan Budidaya Udang Terintegrasi dan Gedung Jampidsus
BACA JUGA:Panen Raya Melon, Dompet Dhuafa Budidayakan Pesantren Tahfiz dengan Wakaf Greenhouse PTGL
Mulanya, dia memberanikan diri meminjam uang sebesar Rp 500.000 kepada sang kerabat untuk membeli beberapa ayam Polandia.
Bak air terjun yang mengalir deras. Mungkin seperti itu gambaran Fachri ketika bisnisnya mulai banjir orderan.
Ayam hias yang dijual pria 26 tahun itu dibanderol dengan harga yang cukup variatif. Dimulai dari harga Rp 100.000 untuk anakan hingga Rp 1.000.000 jenis indukan.
"(Harga) tergantung jenis dan kualitas," imbuhnya.
Kemudian, lanjut Fachri, ayam termahal yang ada di tempatnya yakni jenis Ayam Brahma dibanderol seharga Rp 1.500.000 dan Ayam Silkie berkisar di harga Rp 2.500.000.
"Untuk dari kandang kita bestsellernya sih ya kalkun sama polandia. Karena memang polandia dari awal saya piara ya itu jenisnya yang paling banyak diminati," urainya.
BACA JUGA:Simak Tata Cara Budidaya Rumput Laut yang Benar Bagi Para Pemula