JAKARTA, DISWAY.ID - Majalah AS, The Atlantic melaporkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi yakni Mohammed bin Salman telah menyatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa ia secara pribadi tidak merasa tertarik dengan apa yang disebutnya sebagai "masalah Palestina".
Saat kunjungan ke Arab Saudi pada bulan Januari 2024 lalu, Blinken dan putra mahkota tersebut membahas kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel di tengah konflik berdarah yang sedang berlangsung di Gaza.
Jika kesepakatan normalisasi benar-benar terjadi, Mohammed Bin Salman menyatakan keinginannya untuk menciptakan kedamaian di Gaza.
Namun, ada pertanyaan apakah Arab Saudi dapat menerima Israel yang nantinya harus kembali memasuki wilayah tersebut untuk menyerang Jalur Gaza yang terkepung.
BACA JUGA:Ajaran Wahabisme Disebut dari Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman Tegas Menjawab!
Dalam pertemuan itu, Putra Mahkota menyatakan bahwa mereka bisa saja kembali, tetapi tidak sesaat setelah ia menandatangani kesepakatan seperti itu.
Dalam percakapan tersebut, putra mahkota Saudi juga menyoroti bahwa mayoritas penduduknya adalah generasi muda yang mungkin belum sepenuhnya memahami konflik Palestina-Israel.
Meski demikian, sebagai pemimpin, ia merasa berkewajiban untuk memastikan bahwa kepentingan rakyatnya terwakili. Seorang pejabat Saudi membantah laporan tersebut dan menyatakan bahwa kisah percakapan tersebut tidak benar.
Secara terbuka, putra mahkota Saudi pernah menyatakan bahwa negaranya tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Dalam sebuah pidato baru-baru ini di hadapan Dewan Syura di Riyadh, putra mahkota menegaskan sekali lagi bahwa Arab Saudi tidak akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sampai tujuan terbentuknya negara Palestina tercapai. Ia menegaskan tekad Kerajaan untuk terus berjuang demi mendirikan negara Palestina yang merdeka.
Meskipun terjadi perbedaan dalam laporan antara The Atlantic dan Middle East Eye, penting bagi kita untuk mengakui kompleksitas politik di Timur Tengah. Negosiasi antara Saudi dan Israel, serta isu Palestina tidaklah mudah, dan seringkali informasi yang beredar dapat diperdebatkan.
Penting bagi komunitas internasional untuk terlibat dalam dialog terbuka dan jujur untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut. Semua pihak harus saling mendengarkan dan menghormati perspektif dan kebutuhan masing-masing untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan.
Dengan menjaga prinsip-prinsip diplomasi yang profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kita bisa bekerjasama untuk mencari solusi yang paling baik bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah.