BACA JUGA:Marc Marquez Alami Gangguan Penglihatan
BACA JUGA:Hasil Data Susenas, Kemendikbudristek: Angka Buta Aksara Penduduk Indonesia Menurun
Lebih lanjut, seorang yang memiliki riwayat masalah mata seperti mata juling, mata berair, ptosis, dan penglihatan kabur perlu melakukan skrining lebih dini lagi.
Waktu yang disarankan untuk melakukan skrining penglihatan pada bayi yakni ketika usia sekitar 35 bulan atau usia 0 hingga 2 tahun.
Feti menjelaskan, deteksi dini dilakukan dengan mengecek nistagmus atau penglihatan pergerakan mata.
"Jadi matanya tidak diam, dia bergerak terus, kemudian bagaimana posisi bola mata apakah ada juling, dan refleks pada kornea serta cover tes untuk melihat ada juling atau tidak," tutur dr. Feti.
BACA JUGA:Bahaya dan Dampak Terpapar Gas Air Mata, Kegagalan Pernapasan hingga Kebutaan
BACA JUGA:Tak Setuju dengan RUU Pilkada, Masinton: Aturan Bisa Diakali, Tapi Kebenaran Tak Bisa Dibutakan
Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun.
Pada usia tersebut, anak akan diukur kemampuan ketajaman penglihatan dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.
"Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki (feet) atau 3 meter, dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar."
Tak berhenti di situ, skrining jua perlu dilakukan ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun dengan indikator dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pda baris 20/30 di setiap mata.
Fita menegaskan bahwa skrining penglihatan mata lanjutan juga perlu dilakukan setiap tahunnya.