Menanggapi pertanyaan ini, Prof. Maksum menjelaskan bahwa menurut data Kemenkes RI, jumlah orang dengan HIV-AIDS di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 503.201 orang.
Hingga Juni 2024, sebanyak 351.378 pengidap HIV telah mengetahui status HIV mereka, dan 217.482 orang di antaranya telah menerima pengobatan antiretroviral (ARV).
BACA JUGA:KPU Jakpus Ungkap Alasan Saksi RIDO Ogah Teken Hasil Rekapitulasi di 3 Kecamatan
BACA JUGA:Hendak Tawuran, 17 Remaja di Jalan Agus Salim Bekasi Diringkus Tim Presisi
Bisakah Kita Terbebas dari Epidemi HIV?
Menurut Prof. Maksum, pertanyaan ini sudah muncul sejak awal epidemi pada tahun 1980-an.
Dengan lebih dari 1,3 juta infeksi baru setiap tahunnya, epidemi HIV masih terus berlangsung.
Meskipun berbagai upaya penemuan obat dan vaksin HIV telah dilakukan, hingga saat ini, wabah HIV masih sulit untuk ditanggulangi.
Dunia kesehatan belum berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan ambisius PBB dalam mengakhiri HIV/AIDS pada tahun 2030.
“Namun demikian, saat ini ada optimisme baru yang meningkat di kalangan para ahli penyakit menular, setelah hasil uji klinis terhadap obat alternatif baru, yaitu Lenacapavir sebagai standar pencegahan HIV,” ungkapnya.
BACA JUGA:Per 1 Desember 2024, Ditjen Imigrasi Sudah Terapkan Penerbitan E-Paspor 100 Persen
BACA JUGA:Diduga Melanggar Aturan, TPS 12 Blendung Kota Tangerang Gelar Pemungutan Suara Lanjutan
Lenacapavir yang diproduksi oleh Gilead Science, California ini menunjukkan 96 persen efektif dalam mencegah infeksi HIV terhadap lebih dari 3.200 orang relawan yang dilakukan di berbagai lokasi di Argentina, Brasil, Meksiko, Peru, Afrika Selatan, Thailand, dan Amerika Serikat.
Hasil ini sesuai dengan uji klinis lenacapavir sebelumnya yang diikuti oleh 5.300 orang wanita di Afrika Selatan dan Uganda. Berdasarkan informasi yang diberitakan pada konferensi AIDS 2024 bulan
Juli di Munich, hasil uji klinik Lenacapavir menunjukkan kemanjuran 100 persen, setelah Gilead Sciences mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun wanita yang menerima obat tersebut sejak uji klinik dimulai pada bulan Agustus 2021, yang tertular HIV.
“Hasil pengembangan obat baru anti-HIV ini merupakan terobosan baru yang menjanjikan. Obat Lenacapavir bersifat long acting diberikan melalui suntikan dua kali setahun, merupakan alternatif baru terhadap standar pencegahan infeksi HIV saat ini,” tambahnya.