Kontroversi Yos Suprapto, Aktivis Peristiwa Malari Hingga Pameran Lukisan Wajah Jokowi

Rabu 08-01-2025,02:32 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

“Namun dia pernah pameran tunggal di TIM dan juga di Galnas,” jelas Deni. 

Hingga akhirnya setelah peristiwa 19 Desember 2024 itulah, nama Yos Suprapto tak hanya terkenal di Indonesia karena 5 lukisan yang mirip Joko Widodo (Jokowi) dan dianggap vulgar, bahkan dikenal juga di dunia internasional. 

Yos lulus SMPN 4 lalu menyelesaikan SMA di Bandung. 


Salah satu lukisan Yos Suprapto --X

BACA JUGA:Lukisan Yos Suprapto Sarat Nilai Politik, Dosen Seni Rupa Sebut Seniman Terpecah 2 Kubu

Pembredelan Lukisan Yos Suprapto

Nama Yos Suprapto kini menjadi topik pembicaraan di kalangan seniman usai polemik pembredelan pameran lukisan yang dinilai vulgar karena menampilkan lukisan mirip Joko Widodo. 

Namun Galeri Nasional menegaskan peristiwa itu bukan pembredelan tetapi karya Yos Suprapto menyimpang dari tema.

Lukisannya dinilai vulgar dan menyimpang dari tema oleh pihak kurator Suwarno Wisetrotomo karena semula menggulirkan tema tentang kedaulatan tanah. 

Keputusan untuk menghentikan pameran ini muncul setelah adanya ketidaksepakatan antara seniman dan kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, terkait beberapa karya yang dipamerkan. 

Meskipun Galeri Nasional Indonesia telah melakukan mediasi intensif untuk mencapai kesepakatan, perbedaan pandangan mengenai tema dan kurasi akhirnya menyebabkan pengunduran diri kurator dan keputusan untuk menghentikan pameran.

BACA JUGA:Dosen Seni Rupa Membedah Tiap Lukisan Yos Suprapto, Benarkah Menyimpang dari Tema?

Galeri Nasional Indonesia Berupaya Memediasi Secara Profesional

Galeri Nasional Indonesia menegaskan bahwa keputusan penghentian pameran bukanlah tindakan yang dipaksakan atau sebagai bentuk pembredelan terhadap karya seni.

Sebaliknya, pihak Galeri Nasional Indonesia telah berupaya untuk memediasi perbedaan pendapat ini dengan komunikasi yang intensif dan terbuka antara semua pihak yang terlibat.

Proses mediasi dilakukan dengan tujuan untuk menemukan solusi yang adil bagi seniman, kurator, dan Galeri Nasional, tanpa mengorbankan integritas dan keselarasan kuratorial pameran.

"Galeri Nasional Indonesia selalu mengutamakan profesionalisme dan kebebasan berekspresi seni. Kami percaya bahwa dalam proses kuratorial, komunikasi yang baik antara seniman dan kurator sangat penting untuk menjaga keselarasan tema dan kualitas pameran. Kami berusaha memfasilitasi komunikasi ini dengan sebaik-baiknya, namun dalam hal ini, penyimpangan tema yang terjadi tidak dapat dipungkiri," kata Jarot Mahendra, Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia.

BACA JUGA:Yos Suprapto Ternyata Tak Populer di Kalangan Seniman, Baru Viral Usai Batalnya Pameran Lukisan

Penyimpangan Tema Sebagai Alasan Penghentian Pameran

Kategori :