Ito juga menyoroti oknum TNI yang mengaku membeli mobil brio itu seharga Rp 40juta. Hal ini dirasa aneh karena harga pasaran Mobil Brio yang digelapkan itu berkisar Rp180 juta.
Sehingga Ito merasa heran jika oknum TNI itu nekat membeli dan mengaku tak tahu menahu soal sindikat penggelapan mobil. Sebab, dalih membeli mobil sangat diragukan jika mendapat harga Rp40 Juta tanpa dilengkapi surat-surat kendaraan.
"Kalau lihat ini, tidak mungkin ujug-ujug. Ini ada mobil, surat-suratnya tidak ada. Tentu harus diduga barang itu berasal dari kejahatan atau tidak memiliki surat-surat," bebernya.
Minta TNI AL transparan
Ito berharap penyidikan tiga tersangka oknum TNI AL itu berjalan dengan baik. Sebab, banyak kejanggalan yang seharusnya sudah diketahui kalau mobil ini berasal dari hasil kejahatan.
"Ya jelas, menurut pandangan hukum saya jelas. Mobil tanpa dilengkapi surat-surat itu sudah aneh, apalagi nekat membeli dan membeki diri dengan senjata api," tegasnya.
Sebelumnya, dalam konferensi pers, Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) TNI Angkatan Laut (AL) Laksamana Madya (Laksdya) Denih Hendrata menyebut penembakan itu diawali dengan pengeroyokan yang dialami anggotanya oleh sekitar 15 orang,
Denih Hendrata mengklaim bahwa senjata yang digunakan untuk menembak bos rental mobil, Ilyas Abdurrahman, inventaris yang melekat pada salah satu tersangka oknum TNI AL yakni Sertu AA.
Sertu AA, diketahui sebagai prajurit dari Satuan Komando Pasukan Katak atau Kopaska Armada I yang mendapatkan tugas sebagai ADC atau ajudan.
BACA JUGA:Anak Bos Rental Malah Disuruh Kejar Sendiri Mobilnya saat Datangi Polsek Cinangka: Tak Masuk Akal!
"Sehingga ketika dia dapat tugas, itu sudah SOP senjata itu melekat. Kemudian, tadi sudah dijawab bahwa ini sudah SOP, ada surat perintahnya segala macam. Kemudian, ya tentu bukan senjata rakitan," kata Denih saat konferensi pers di Mako Koarmada RI Jakarta Pusat pada Senin 6 Januari 2025.
Senjata itu seharusnya digunakan untuk pengamanan diri dan atasan AA.
Ia menduga senjata tersebut terpaksa digunakan untuk melindungi dari dugaan pengeroyokan saat kejadian.
Menurutnya, kejadian dugaan pengeroyokan itulah yang membuat situasi tersebut menjadi situasi hidup dan mati antara para anggota TNI AL dan rombongan pemilik rental mobil.
"Tapi sebetulnya karena pengeroyokan kan tidak berpikir risiko kalau misalnya orang yang dikeroyok itu mati. Ya nggak? Ya kan? Apalagi mungkin karena tentara juga yang sudah dilatih bagaimana faktor kecepatan, insting segala macam. Kan kita sering dengar kill or to be killed. Ya kan?" lanjut Denih.
Denih menegaskan pihaknya berkomitmen menghormati proses hukum yang ada dengan menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah.