Keluar masuk tikungan di jalanan umum di kawasan Gunungkidul ini, Aerox Alpha sedikit lebih taktis.
Sudah begitu akselerasinya memang lebih cepat dibanding varian tertingginya, Aerox Alpha Turbo Ultimate.
Kenyamanan dari suspensinya pun kami merasa tak jauh berbeda dari Aerox Alpha Turbo Ultimate.
Sebab, semua varian Yamaha Aerox Alpha series menggunakan suspensi belakang bertabung.
Yamaha Aerox Alpha standar, lincah dan responsif.-Dok. YIMM-
Setelah keluar dari daerah Panggang, kami bertemu dengan kondisi jalanan yang cocok untuk mencari top speed.
Untuk tiba di Bundaran Planjan, kondisi jalanan cukup mendukung; trek lurus dan kelokan-kelokan cepat.
Namun harus diakui, tim Disway kurang maksimal di atas Aerox Alpha standar.
Pasalnya, timing kami saat menjajal tenaga motor ini terkadang nggak tepat; belum melewati 110 km/jam kami sudah bertemu kendaraan lain, terkadang rombongan kami melambat.
Hingga akhirnya kami hanya dapat feeling yang sangat baik dengan handling motor ini dengan kecepatan tinggi.
Seperti disinggung tadi, karena rangkanya jauh lebih rigid, Aerox Alpha standar ini cukup anteng saat manuver di jalanan menikung.
Sampai akhirnya kami sampai di Bundaran Planjan. Di sini kami beristirahat sejenak sembari meningkati tebing-tebing tinggi.
Bijak Penggunaan Fitur Y-Shift
Tim kami akhirnya memutuskan untuk bertukaran motor kembali menggunakan Aerox Alpha Turbo Ultimate.
Untuk kembali ke Kota Jogja, rute yang kami lalui arah sebaliknya dengan tembusan ke Pantai Parangtritis.
Dari daerah Singkil ke Parangtritis ini ternyata treknya jauh lebih menarik.
Selain dapat trek lurusnya, kami kembali disuguhkan jalanan menikung dengan sensasi turunan dan sedikit tanjakan.