BACA JUGA:Hari Bhayangkara ke-79, Jimly Asshiddiqie Yakin Polri Dapat Bekerja Efektif dan Terpercaya
Data FAO 2023 menyebut bahwa secara global, lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, setara dengan sepertiga produksi pangan dunia.
Hal ini menggerus ketahanan pangan dan memperparah krisis lingkungan.
Menurut Ninuk Pambudy, pembina IGC sekaligus pemerhati sosial, gerakan ini selaras dengan visi Asta Cita Pemerintah, terutama dalam menciptakan peradaban Indonesia modern yang peduli terhadap lingkungan, pangan lokal, dan kesejahteraan masyarakat.
“Kontrol limbah makanan bukan soal mengurangi rasa, tapi menambah makna,” kata Dr. Ray yang kini dikenal juga sebagai penggerak edukasi gizi berkelanjutan.
BACA JUGA:Hari Bhayangkara ke-79, Jimly Asshiddiqie Yakin Polri Dapat Bekerja Efektif dan Terpercaya
IGC mengajak masyarakat untuk mendukung pelaku usaha yang mengedepankan menu lokal, olahan berkelanjutan, dan edukasi anti-food waste.
Mereka juga mendorong peran aktif dari food blogger, UMKM kuliner, hingga hotel dan restoran agar ikut menyebarkan semangat ini.
Sebagai bagian dari kampanye, IGC merumuskan tiga langkah sederhana namun berdampak besar:
1. Mulai dari piring sendiri – Ambil makanan secukupnya, dan biasakan untuk tidak menyisakan.
2. Dukung pelaku industri kuliner berkelanjutan – Pilih restoran yang menerapkan prinsip zero waste.
3. Ubah pola makan – Arahkan konsumsi ke makanan sehat dan ramah lingkungan.
Acara ini juga dihadiri dan didukung oleh tokoh-tokoh penting seperti Ketua Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, mantan Menkes Prof. Nila Moeloek, dan maestro kuliner Indonesia Chef William Wongso.
IGC berharap inisiatif ini bukan berhenti di seremoni, melainkan tumbuh menjadi gerakan nasional yang melibatkan semua kalangan — dari rumah tangga, dunia usaha, hingga pemerintah.