Klub-klub Eropa biasanya lebih memilih pemain berstatus UE karena lebih mudah diurus dan lebih murah dari sisi administrasi.
Mobilitas antar negara terbatas seperti paspor Belanda memberikan akses bebas visa ke 190 negara.
BACA JUGA:Imbas Kericuhan Aksi Massa, Pertandingan Pekan 4 Super League Ditunda
Sebaliknya, paspor Indonesia hanya memberi bebas visa ke sekitar 70 negara.
2. Regulasi Ketat untuk Pemain Non-Uni Eropa di Liga-Liga Top Eropa
Kehilangan paspor UE membuat pemain diaspora harus menghadapi berbagai regulasi ketat di Liga Eropa, seperti:
- La Liga (Spanyol) yang hanya 3 pemain non-UE yang bisa didaftarkan dalam skuad utama.
- Serie A (Italia), klub hanya bisa merekrut maksimal 2 pemain non-UE per musim dengan syarat tertentu.
- Ligue 1 (Prancis), Dibatasi hanya 4 pemain non-UE.
- Eredivisie (Belanda), pemain non-UE wajib digaji sangat tinggi (sekitar 500.000 euro/tahun), sehingga klub enggan merekrut pemain non-UE kecuali mereka benar-benar bintang.
- Premier League (Inggris), syarat izin kerja sangat ketat, apalagi peringkat FIFA Indonesia masih rendah, dan hampir mustahil masuk tanpa menjadi pemain inti timnas selama bertahun-tahun.
3. Dampak Sosial dan Ekonomi
Menjadi WNI juga berdampak besar secara sosial dan finansial bagi pemain diaspora:
- Hilangnya hak-hak sosial di Belanda: Seperti tunjangan anak, tunjangan pengangguran, asuransi kesehatan, dan hak pensiun penuh.
- Mobilitas kerja dan hidup terbatas: Tidak lagi bisa bebas tinggal atau bekerja di negara-negara Eropa tanpa izin khusus.
- Kesulitan kembali ke Eropa setelah pensiun: Hanya bisa kembali sebagai WNI dengan izin tinggal terbatas.
BACA JUGA:Sounders 3-0 Inter Miami, Kekalahan Menyakitkan Lionel Messi Cs di Laga Final
4. Peluang Bermain di Timnas Lebih Terbuka
Sebagai warga Belanda, persaingan untuk menembus timnas sangat ketat.
Pemain diaspora Indonesia seperti Tom Haye, meskipun bermain di level Eropa, hampir tidak punya peluang masuk timnas Belanda.