JAKARTA, DISWAY.ID -- Fenomena perpindahan pemain diaspora berlabel Timnas Indonesia ke BRI Super League semakin marak dalam beberapa musim terakhir.
Nama-nama seperti Jordi Amat, Thom Haye, Jens Revan, Rafael Struick, hingga yang terbaru Eliano Reijnders menjadi sorotan publik usai memilih berkarier di kompetisi domestik Indonesia.
Meskipun keputusan ini mendapat dukungan dari sebagian pihak, tak sedikit pula yang menyayangkan langkah tersebut, terutama karena banyak dari mereka masih muda dan berpotensi berkarier lebih panjang di Eropa.
BACA JUGA:Akhiri Kericuhan, Persija Ajak Suporter Bergandengan Tangan dan Serukan Perdamaian
BACA JUGA:Erik Ten Hag Apes! Baru Dua Pertandingan Gantikan Xabi Alonso, Sudah Dipecat Bayer Leverkusen
Namun, di balik keputusan mereka, ada realitas kompleks yang tidak banyak diketahui publik, mulai dari faktor regulasi, status kewarganegaraan, hingga dampak sosial-ekonomi yang signifikan.
Ini alasan sebenarnya kenapa pemain diaspora berlabel Timnas Indonesia memilih kembali atau pindah ke BRI Super League.
1. Kehilangan Status Warga Negara Uni Eropa
Salah satu konsekuensi utama dari pemain diaspora yang memilih membela Timnas Indonesia, kehilangan paspor Belanda atau Uni Eropa.
Negara-negara seperti Belanda tidak mengizinkan kewarganegaraan ganda.
BACA JUGA:Resmi! AS Roma Pinjamkan Salah ke PSV Eindhoven, Bakal Pakai Nomor Punggung 2
BACA JUGA:Pemain Timnas Semakin Bersinar, Joey Pelupessy Bantu Lommel SK Menang 3-1 Atas KSC Lokeren
Jadi, ketika pemain seperti Thom Haye atau Eliano Reijnders menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), mereka otomatis kehilangan status sebagai warga Uni Eropa.
Hal ini berdampak besar terhadap kemudahan bermain di klub Eropa.
Pemain non-UE dikenakan kuota terbatas dan syarat administratif yang jauh lebih rumit, peluang kontrak menurun.