dr. Siti Nadia Tarmizi dari Kementerian Kesehatan RI menekankan bahwa deteksi dini adalah kunci untuk meningkatkan angka kesintasan pasien.
“Semakin cepat kanker dideteksi, semakin baik peluang untuk bertahan hidup dan biaya pengobatan pun lebih terjangkau,” ujarnya.
BACA JUGA:Dompet Dhuafa dan PTTEP Dorong Deteksi Dini Kanker Payudara, Ajak Ratusan Ibu cek Kanker Payudara
Prof. Ikhwan Rinaldi, ahli hematologi-onkologi, juga menjelaskan bahwa gejala Multiple Myeloma seringkali tidak spesifik dan mudah terlewatkan, seperti kelelahan, nyeri tulang, anemia, dan gangguan fungsi ginjal.
“Karena itu edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat sangat penting agar lebih waspada dan segera memeriksakan diri ketika gejala muncul,” tambah Prof. Ikhwan.
Dalam memperingati Bulan Kesadaran Kanker Darah 2025, berbagai pihak seperti Takeda, Kementerian Kesehatan, dan Organisasi Pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI) bersinergi untuk meningkatkan edukasi tentang penyakit ini.
Andreas Gutknecht dari Takeda menyatakan, “Inovasi pengobatan harus berjalan beriringan dengan edukasi publik. Pasien tidak boleh berjuang sendirian.”
BACA JUGA:Siloam Hospitals Kampanyekan Selangkah, Ajak Wanita Semangat Lawan Kanker Sejak Dini
Sementara itu, dr. Abraham Michael, Ketua MMI, mengungkapkan pentingnya dukungan komunitas bagi pasien dan keluarganya.
Banyak pasien merasa terisolasi dan tidak tahu harus mencari bantuan ke mana. MMI hadir sebagai wadah edukasi dan pendampingan agar pasien tidak merasa sendiri dalam perjalanan sulit ini.
Dari pengalaman Ibu Santyna, ada pesan kuat untuk para pejuang dan keluarga:
“Ikuti anjuran pengobatan sampai tuntas dan selalu validasi informasi yang diterima. Dukungan keluarga dan komunitas sangat membantu menjaga semangat. Harapan saya, akses pengobatan semakin luas agar lebih banyak pasien bisa menjalani hidup layak dan penuh harapan.”